Ini yang menjadi perhatian terbesar dari
peran perusahaan dalam masyarakat telah ditingkatkan yaitu dengan peningkatan
kepekaan dan kepedulian terhadap lingkungan dan masalah etika. Masalah seperti
perusakan lingkungan, perlakuan tidak layak terhadap karyawan, dan cacat
produksi yang mengakibatkan ketidaknyamanan ataupun bahaya bagi konsumen adalah
menjadi berita utama surat kabar. Peraturan pemerintah pada beberapa negara mengenai lingkungan hidup dan permasalahan sosial semakin tegas,
juga standar dan hukum seringkali
dibuat hingga melampaui batas kewenangan negara pembuat peraturan (misalnya
peraturan yang dibuat oleh Uni Eropa.
Beberapa investordan perusahaam manajemen
investasi telah mulai
memperhatikan kebijakan CSR dari Surat perusahaan dalam membuat keputusan
investasi mereka, sebuah praktik yang dikenal sebagai "Investasi bertanggung jawab sosial" (socially
responsible investing).
Banyak pendukung CSR yang memisahkan CSR
dari sumbangan sosial dan "perbuatan baik" (atau kedermawanan seperti
misalnya yang dilakukan oleh Habitat for Humanityatau Ronald McDonald House), namun sesungguhnya
sumbangan sosial merupakan bagian kecil saja dari CSR. Perusahaan pada masa
lampau seringkali mengeluarkan uang untuk proyek-proyek komunitas,
pemberian beasiswa dan pendirian yayasan sosial. Mereka
juga seringkali menganjurkan dan mendorong para pekerjanya untuk sukarelawan(volunteer) dalam mengambil
bagian pada proyek komunitas sehingga menciptakan suatu itikad baik di mata
komunitas tersebut yang secara langsung akan meningkatkan reputasi perusahaan
serta memperkuat merek perusahaan.
Dengan diterimanya konsep CSR, terutama triple
bottom line, perusahaan mendapatkan kerangka baru dalam menempatkan
berbagai kegiatan sosial di atas.
Kepedulian kepada masyarakat sekitar/relasi
komunitas dapat diartikan sangat luas, namun secara singkat dapat dimengerti
sebagai peningkatan partisipasi dan posisi organisasi di dalam sebuah komunitas
melalui berbagai upaya kemaslahatan bersama bagi organisasi dan komunitas. CSR
bukanlah sekadar kegiatan amal, melainkan CSR mengharuskan suatu perusahaan
dalam pengambilan keputusannya agar dengan sungguh-sungguh memperhitungkan
akibat terhadap seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) perusahaan,
termasuk lingkungan hidup. Hal ini mengharuskan perusahaan untuk membuat
keseimbangan antara kepentingan beragam pemangku kepentingan eksternal dengan
kepentingan pemegang saham, yang merupakan salah satu pemangku kepentingan
internal.
“
|
"...dunia bisnis, selama
setengah abad terakhir, telah menjelma menjadi institusi paling berkuasa di
atas planet ini. Institusi yang dominan di masyarakat mana pun harus
mengambil tanggung jawab untuk kepentingan bersama....setiap keputusan yang
dibuat, setiap tindakan yang diambil haruslah dilihat dalam kerangka tanggung
jawab tersebut [1]
|
”
|
“
|
" CSR merupakan suatu komitmen
berkelanjutan oleh dunia usaha untuk bertindak etis dan memberikan kontribusi
kepada pengembangan ekonomi dari komunitas setempat ataupun
masyarakat luas, bersamaan dengan peningkatan taraf hidup pekerjanya beserta
seluruh keluarganya".[2]
|
Pelaporan dan pemeriksaan
Untuk menunjukkan bahwa perusahaan adalah warga dunia bisnis
yang baik maka perusahaan dapat membuat pelaporan atas dilaksanakannya beberapa
standar CSR termasuk dalam hal:
·
Global Reporting Initiative, yang mungkin
merupakan acuan laporan berkelanjutan yang paling banyak digunakan sebagai
standar saat ini.
·
Laporan berdasarkan
standar akuntabilitas sosial internasional SA8000
·
Standar manajemen
lingkungan berdasarkan ISO 14000
Di beberapa negara dibutuhkan laporan pelaksanaan CSR, walaupun
sulit diperoleh kesepakatan atas ukuran yang digunakan untuk mengukur kinerja
perusahaan dalam aspek sosial. Sementara aspek lingkungan—apalagi aspek
ekonomi—memang jauh lebih mudah diukur. Banyak perusahaan sekarang menggunakan audit eksternal
guna memastikan kebenaran laporan tahunan perseroan yang mencakup kontribusi
perusahaan dalam pembangunan
berkelanjutan, biasanya diberi nama laporan CSR atau laporan
keberlanjutan (sustainability
report). Akan tetapi laporan tersebut sangat luas formatnya,
gayanya dan metodologi evaluasi yang digunakan (walaupun dalam suatu industri
yang sejenis). Banyak kritik mengatakan bahwa laporan ini hanyalah sekadar
"pemanis bibir" (suatu basa-basi), misalnya saja pada kasus laporan
tahunan CSR dari perusahaanEnron dan juga
perusahaan-perusahaan rokok. Namun, dengan semakin berkembangnya konsep CSR dan
metode verifikasi laporannya, kecenderungan yang sekarang terjadi adalah
peningkatan kebenaran isi laporan. Bagaimanapun, laporan CSR atau laporan
keberlanjutan (sustainability
report) merupakan upaya untuk meningkatkan akuntabilitas
perusahaan di mata para pemangku kepentingannya.
Alasan terkait bisnis (business case) untuk CSR
Skala dan sifat keuntungan dari CSR untuk suatu organisasi dapat
berbeda-beda tergantung dari sifat perusahaan tersebut. Banyak pihak
berpendapat bahwa amat sulit untuk mengukur kinerja CSR, walaupun sesungguhnya
cukup banyak literatur yang memuat tentang cara mengukurnya. Literatur tersebut
misalnya metode "Empat belas poinbalanced scorecard oleh Deming.
Literatur lain misalnya Orlizty, Schmidt, dan Rynes[3] yang menemukan suatu korelasi
positif walaupun lemah antara kinerja sosial dan lingkungan hidup dengan
kinerja keuangan perusahaan. Kebanyakan penelitian yang mengaitkan antara
kinerja CSR (corporate social performance) dengan kinerja finansial
perusahaan (corporate financial performance) memang menunjukkan
kecenderungan positif, namun kesepakatan mengenai bagaimana CSR diukur belumlah
lagi tercapai. Mungkin, kesepakatan para pemangku kepentingan global yang
mendefinisikan berbagai subjek inti (core subject) dalam ISO
26000 "Guidance on Social Responsibility"—direncanakan
terbit pada September 2010—akan lebih memudahkan perusahaan untuk menurunkan
isu-isu di setiap subjek inti dalam standar tersebut menjadi alat ukur
keberhasilan CSR.
Hasil Survei "The Millenium Poll on CSR" (1999) yang
dilakukan oleh Environics International (Toronto), Conference Board (New York)
dan Prince of Wales Business Leader Forum (London) di antara 25.000 responden
dari 23 negara menunjukkan bahwa dalam membentuk opini tentang perusahaan, 60%
mengatakan bahwa etika bisnis, praktik terhadap karyawan, dampak terhadap
lingkungan, yang merupakan bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan (CSR)
akan paling berperan. Sedangkan bagi 40% lainnya, citra perusahaan & brand
image-lah yang akan paling memengaruhi kesan mereka. Hanya 1/3 yang
mendasari opininya atas faktor-faktor bisnis fundamental seperti faktor
finansial, ukuran perusahaan,strategi perusahaan, atau manajemen.
Lebih lanjut, sikap konsumen terhadap perusahaan yang dinilai
tidak melakukan CSR adalah ingin "menghukum" (40%) dan 50% tidak akan
membeli produk dari perusahaan yang bersangkutan dan/atau bicara kepada orang
lain tentang kekurangan perusahaan tersebut.[4]
Secara umum, alasan terkait bisnis untuk melaksanakan biasanya
berkisar satu ataupun lebih dari argumentasi di bawah ini:
Sumberdaya manusia
Program CSR dapat berwujud rekruitmen tenaga kerja dan
mempekerjakan masyarakat sekitar. Lebih jauh lagi CSR dapat dipergunakan untuk
menarik perhatian para calon pelamar pekerjaan [5], terutama sekali dengan adanya
persaingan kerja di antara para lulusan. Akan terjadi peningkatan kemungkinan
untuk ditanyakannya kebijakan CSR perusahaan, terutama pada saat perusahaan
merekruit tenaga kerja dari lulusan terbaik yang memiliki kesadaran sosial dan
lingkungan. Dengan memiliki suatu kebijakan komprehensif atas kinerja sosial
dan lingkungan, perusahaan akan bisa menarik calon-calon pekerja yang memiliki
nilai-nilai progresif. CSR dapat juga digunakan untuk membentuk suatu atmosfer
kerja yang nyaman di antara para staf, terutama apabila mereka dapat dilibatkan
dalam kegiatan-kegiatan yang mereka percayai bisa mendatangkan manfaat bagi
masyarakat luas, baik itu bentuknya "penyisihan gaji",
"penggalangan dana" ataupun kesukarelawanan (volunteering)
dalam bekerja untuk masyarakat.
Manajemen risiko
Manajemen risiko merupakan
salah satu hal paling penting dari strategi perusahaan. Reputasi yang dibentuk dengan susah payah
selama bertahun-tahun dapat musnah dalam sekejap melalui insiden seperti
skandal korupsi atau tuduhan melakukan perusakan lingkungan hidup. Kejadian-kejadian seperti
itu dapat menarik perhatian yang tidak diinginkan dari penguasa, pengadilan,
pemerintah dan media massa. Membentuk suatu budaya kerja yang "mengerjakan
sesuatu dengan benar", baik itu terkait dengan aspek tata kelola
perusahaan, sosial, maupun lingkungan—yang semuanya merupakan komponen CSR—pada
perusahaan dapat mengurangi risiko terjadinya hal-hal negatif tersebut.[6].
Membedakan merek
Di tengah hiruk pikuknya pasar maka perusahaan berupaya keras
untuk membuat suatu cara penjualan yang unik sehingga dapat membedakan
produknya dari para pesaingnya di benak konsumen. CSR dapat berperan untuk
menciptakan loyalitas konsumen atas dasar nilai khusus dari etika perusahaan
yang juga merupakan nilai yang dianut masyarakat.[7]. Menurut Philip Kotler dan Nancy
Lee, setidaknya ada dua jenis kegiatan CSR yang bisa mendatangkan keuntungan
terhadap merek, yaitu corporate social marketing (CSM) dan cause
related marketing (CRM). Pada CSM, perusahaan memilih satu atau
beberapa isu—biasanya yang terkait dengan produknya—yang bisa disokong
penyebarluasannya di masyarakat, misalnya melalui media campaign.
Dengan terus menerus mendukung isu tersebut, maka lama kelamaan konsumen akan
mengenali perusahaan tersebut sebagai perusahaan yang memiliki kepedulian pada
isu itu. Segmen tertentu dari masyarakat kemudian akan melakukan pembelian
produk perusahaan itu dengan pertimbangan kesamaan perhatian atas isu tersebut.
CRM bersifat lebih langsung. Perusahaan menyatakan akan menyumbangkan sejumlah
dana tertentu untuk membantu memecahkan masalah sosial atau lingkungan dengan
mengaitkannya dengan hasil penjualan produk tertentu atau keuntungan yang
mereka peroleh. Biasanya berupa pernyataan rupiah per produk terjual atau
proporsi tertentu dari penjualan atau keuntungan. Dengan demikian, segmen
konsumen yang ingin menyumbang bagi pemecahan masalah sosial dan atau
lingkungan, kemudian tergerak membeli produk tersebut. Mereka merasa bisa
berbelanja sekaligus menyumbang. Perusahaan yang bisa mengkampanyekan CSM dan
CRM-nya dengan baik akan mendapati produknya lebih banyak dibeli orang, selain
juga mendapatkan citra sebagai perusahaan yang peduli pada isu tertentu.
Izin usaha
Perusahaan selalu berupaya agar menghindari gangguan dalam
usahanya melalui perpajakan atau
peraturan. Dengan melakukan sesuatu 'kebenaran" secara sukarela maka
mereka akan dapat meyakinkan pemerintah dan masyarakat luas bahwa mereka sangat
serius dalam memperhatikan masalah kesehatan dan keselamatan, diskriminasi atau
lingkungan hidup maka dengan demikian mereka dapat menghindari intervensi.
Perusahaan yang membuka usaha di luar negara asalnya dapat memastikan bahwa
mereka diterima dengan baik selaku warga perusahaan yang baik dengan
memperhatikan kesejahteraan tenaga kerja dan akibat terhadap lingkungan hidup,
sehingga dengan demikian keuntungan yang menyolok dan gaji dewan direksinya
yang sangat tinggi tidak dipersoalkan.
Motif perselisihan bisnis
Kritik atas CSR akan menyebabkan suatu alasan yang, pada
akhirnya, bisnis perusahaan dipersalahkan. Contohnya, ada kepercayaan bahwa
program CSR seringkali dilakukan sebagai suatu upaya untuk mengalihkan
perhatian masyarakat atas masalah etika dari bisnis utama perseroan.
CSR (Program Corporate Social Reponsibility) merupakan salah satu
kewajiban yang harus dilaksanakan oleh perusahaan sesuai dengan isi pasal 74
Undang-undang Perseroan Terbatas (UUPT) yang baru. Undang-undang ini disyahkan
dalam sidang paripurna DPR.
Contoh
perusahaan yang melakukan CSR
Program
“1L Aqua untuk 10L Air Bersih”
Binahidra Logiardi, Sustainable Development & Social Responsibility,
DANONE AQUA, menjelaskan ” Air merupakan kebutuhan mendasar bagi kita semua,
namun tidak semua orang bisa mengakses air bersih dalam kehidupannya
sehari-hari. Banyak daerah di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia,
yang mengalami kesulitan untuk memperoleh air dikarenakan topografi daerah
tersebut membutuhkan sistem infrastruktur pasokan air bersih untuk memungkinkan
masyarakat sekitar agar dapat mengakses air bersih tersebut. Selain akses air
bersih, sanitasi, kesehatan lingkungan serta peningkatan kesejahteraan
masyarakat pra sejahtera juga merupakan hal penting, kesemuanya ini saling
terkait. Air merupakan kehidupan, sanitasi merupakan martabat, keduanya mendukung
tercapainya kesehatan lingkungan yang berkesinambungan yang pada akhirnya juga
akan memberi kontribusi pada tercapainya pengembangan kesejahteraan masyarakat
dunia”.
Binahidra
menambahkan, “AQUA memiliki program CSR yang disebut WASH (Water Access, Sanitation,
Hygiene Program) yang bertujuan untuk meningkatkan lingkungan bagi masyarakat
pra-sejahtera. Melalui program WASH, AQUA berkontribusi secara aktif dan
berkelanjutan untuk memberikan solusi atas berbagai permasalahan yang berkaitan
dengan penyediaan air bersih di Indonesia”. Salah satu program WASH adalah
program Satu untuk Sepuluh ini. Program Satu untuk Sepuluh sejalan dan
mendukung program Millenium Development Goals (MDGs) yang dicanangkan
oleh PBB guna memerangi kemiskinan dan kelaparan di berbagai belahan dunia
dengan target di tahun 2015.
Sesuai dengan kriteria penulisan tugas yang telah ditentukan, penulis akan
menganalisis program Aqua “1L Aqua untuk 10L Air Bersih” ini berdasarkan
unsur-unsur sebagai berikut:
· Spesifik
Kegiatan
ini terspesifikasi dengan jelas, dimana Aqua mengupayakan program pengadaan air
bersih bagi masyarakat di daerah yang mengalami kesulitan iar bersih yaitu di
Timor Tengah Selatan, NTT. Progaram ini sesuai dengan citra produk yang
dihasilkan Aqua yaitu air mineral. Sudah selayaknya Aqua sebagai sebagai salah
satu produk air mineral terkemuka di Indonesia melakukan program CSR yang
berhubungan dengan produk yang diproduksinya, yaitu air. Mengingat air bersih
merupakan salah satu komoditas utama yang sangat penting bagi masyarakat luas.
Masih
banyak daerah di Indonesia yang kesulitan mendapat akses air bersih. Padahal,
air bersih merupakan faktor penting untuk mewujudkan hidup sehat. Di
beberapa daerah di Nusa Tenggara Timur masih banyak warganya yang mengalami
kelangkaan air bersih. Untuk mendapatkan air bersih, tak jarang mereka harus
berjalan kaki dengan jarak yang jauh. Alhasil, banyak anak-anak yang kehilangan
waktu bermain karena harus mengambil air. Di salah satu desa di Timor Tengah
Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur, jarak sumber air dengan rumah penduduk sangat
jauh. “Dibutuhkan satu jam untuk pergi pulang membawa air dalam jerigen tiap
harinya,” ujar Sustainable Development & CSR Aqua Danone Indonesia Binahidra
Logiardi.
Implementasi
program Satu Untuk Sepuluh di Nusa Tenggara Timur dilaksanakan oleh AQUA yang
bermitra dengan Lembaga Swadaya Masyarakat Internasional, Action Contre la Faim
(ACF). Selain itu, dalam rangka kelanjutan pemberdayaan kapasitas masyarakat
lokal, Aqua juga bekerja sama dengan Lembaga Swadaya Masyarakat Lokal, yaitu
YASNA dan pemerintah daerah Timor Tengah Selatan NTT.
-
DANONE AQUA berhasil mendapatkan penghargaan dari Metro TV dalam kategori
pelestarian lingkungan (environmental sustainability) atas program “1L
Aqua Untuk 10L Air Bersih” yang merupakan bagian dari program WASH (water
access, sanitation and hygiene)
Penghargaan-penghargaan
tersebut jelas meningkatkan citra Aqua sebagai perusahaan yang peduli terhadap
lingkungan dan masyarakat sekitar.
Sementara
dari segi financial, melalui program “1L Aqua Untuk 10L Air Bersih”
ini dianggap berhasil mendongkrak pendapatan bersih perusahaan sebesar 19,4%
selang waktu dari tahun 2007 hingga 2008.
Penilaian
Penulis Mengenai Program “1L Aqua Untuk 10L Air Bersih”
Menurut
penulis, kesuksesan program-program CSR yang dilakukan oleh Aqua tidak terlepas
dari faktor kredibilitas perusahaan yang telah menjadi salah satu perusahaan
penghasil air mineral terkemuka di Indonesia sehingga memiliki profit keuangan
yang cukup besar. Dengan profit keuangan yang cukup besar tersebut, Aqua berani
mengeluarkan anggaran untuk CSR hingga mencapai angka 12 Miliyar Rupiah per
tahun.
Tentunya
Aqua menyadari bahwa produk yang mereka produksi adalah air mineral yang
merupakan sumber daya alam, sehingga program CSR yang mereka buat sebagian
besar berorientasi pada pelestarian alam. Dengan melestarikan alam, disamping
mereka membantu masyarakat dan Negara dengan menciptakan lingkungan alam yang
baik, tentunya program pelestarian alam tersebut dapat menjaga produksi air
mineral yang baik pula. Mengingat air menieral merupakan komoditi yang mereka
perjualkan.
Selain
melestarikan alam, Aqua juga mengadakan program-program CSR dalam bidang
pendidikan, ekonomi, dan pemberdayaan masyarakat. Program tersebut dilakukan
diseluruh golongan terkait baik itu di sekitar lingkungan pabrik, kemudian yang
berskala nasional, maupun yang berskala internasional dengan mendukung
program Millenium Development Goals (MDGs) yang dicanangkan oleh PBB guna memerangi
kemiskinan dan kelaparan di berbagai belahan dunia.
Didalam menjalankan program-program CSR nya, Aqua pun bekerjasama dengan
berbagai lapisan masyarakat, LSM, dan oraganisasi pemerintah sehingga proses
pelaksanaan program CSR tersebut dapat terpantau oleh seluruh golongan. Tidak
hanya sampai disitu, Aqua pun didalam melaksanakan program-program CSR nya
selalu mengutamakan aspek yang berkelanjutan. Dimana setiap program CSR yang
telah dilaksanakan dipantau perkembangan dan tingkat keberhasilannya, kemudian
program tersebut dilakukan secara continue dan berkesinambungan
sehingga tidak hanya sekedar membahagiakan masyarakat
secara instant dan sekejap. Keseluruh hal tersebut menimbulkan
pencitraan yang baik bagi Aqua selaku perusahaan air mineral terkemuka di
Indonesia.
Contoh
perusahaan yang belum pernah melakukan csr
Program pemberdayaan dan pemeliharaan lingkungan dan
masyarakat sangat penting untuk perusahaan tambang. Namun masih sedikit
perusahaan tambang di Indonesia yang sadar dan serius melakukan program
tanggung jawab sosial (CSR).
Aktivis dari Lingkar Studi CSR Jalal menjelaskan, dari ribuan
perusahaan tambang yang beroperasi di Indonesia, hanya sekitar 10 perusahaan
yang secara serius dan berkelanjutan menjalankan program CSR.
"Jumlah perusahaan tambang di Indonesia banyak sekali,
mungkin ribuan tetapi yang memiliki kesadaran yang memadai sampai 10, kalau
perusahaan tambang yang legal," ungkap Jalal seusai diskusi CSR di JCC,
Senayan.
Menurutnya, perusahaan tambang di Indonesia yang kebanyakan
adalah perusahaan kecil dan sedang. Kepedulian mereka akan lingkungan khususnya
dalam menjalankan program CSR sangat rendah.
"Sudah sangat jelas, kalau perusahaan kecil dan sedang
itu kepedulian lingkungannya sangat rendah karena mereka mau beroperasinya
dalam jangka pendek dan ambil sumber daya langsung pergi," sambungnya.
Sementara itu, perusahaan tambang besar yang jumlahnya hanya
mencapai puluhan dan tergabung dalam Indonesia Mining Association (IMA)
memiliki kesadaran CSR yang tinggi. Jika perusahaan tambang besar melakukan
aktivitas yang merugikan lingkungan justru bukan hanya lingkungan sendiri yang
terkena dampaknya, tetapi perusahaan itu sendiri juga akan dirugikan.
"Perusahaan-perusahaan yang lebih besar
nggak bisa melakukan itu kerena investasi mereka dalam jumlah besar dan dalam
jangka panjang. Mereka tidak akan memperoleh dukungan dari masyarakat untuk
beroperasi dalam jangka panjang," katanya.
Jalal menilai semua perusahaan tambang, baik kecil hingga
besar seharusnya wajib menjalankan program CSR secara serius dan berkelanjutan
di lokasi pertambangan. CSR adalah sebuah manajemen pengelolaan dampak dari
aktivitas pertambangan, sehingga tidak ada pengecualian skala usahanya.
"Karena CSR management, perusahaan-perusahaan yang lebih
kecil kan dampaknya lebih kecil, seharusnya mereka bisa mengelola dampaknya
yang kecil," tutup Jalal.
Sumber:
Komentar:
Setiap
perusahaan memiliki bentuk CSR yang berbeda-beda dan tergantung dari
kompentensi perusahaan serta kebutuhan masyarakat di sekitarnya. Sebaiknya
sebelum melaksanakan kegiatan CSR, perusahaan melalukan survei terlebih dahulu
untuk menampung aspirasi masyarakat sehingga CSR yang dilakukan oleh perusahaan
tepat sasaran.
CSR
merupakan tanggung jawab sosial dari perusahaan pada dasarnya memiliki konsep
dengan visi yang sama yang untuk pembangunan yang berkelanjutan. Konsep yang
dikembangkan disesuiakan dengan dimensi-dimensi yang ingin diterapakan oleh
perusahaan. berbicara tentang visi keberlanjutan dari CSR, hal ini berkaitan
dengan proses-proses yang menjadi tahapan yang harus dilewati oleh perusahaan.
Mislanya dari segi CSR untuk pemeberdayaan masyarakat penerapan CSR dimulai
dari pengokohan perusahaan untuk mencapai keberhasilan dari segi finansial,
kemudian ekonomi, sehingga dapat berdampak pad sosial dan lingkungan. Sementara
itu, adanya isue-isue yang berkembang dalam penerapan CSR ini juga menjadi hal
yang perlu diantisipasi terlebih jika isue yang dimaksud lebih kepada
pemaksimalan damapak negatif.
CSR
sangat bermanfaat untuk masyarakat dan dapat
meningkatkan image perusahaan. Jadi, seharusnya dunia usaha tidak
memandang CSR sebagai suatu tuntutan represif dari masyarakat, melainkan
sebagai kebutuhan dunia usaha.
Untuk melaksanakan CSR
perusahaan harus mengakui bahwa permasalahan masyarakat adalah milik mereka
juga. Tidak hanya itu, perusahaan juga harus bersedia menanganinya. Itu
dasarnya untuk melaksanakan CSR. Jadi hanya dengan mengakui masalah apa yang
ada di masyarakat dan itu menjadi bagian mereka, maka CSR lebih mudah
dilakukan. Sebab suatu rencana strategis di belakang program-program CSR bisa
jadi akan memberi kontribusi bagi pengurangan kemiskinan dan ketidakadilan
sosial di Republik ini.
sumber : wikipeda