Rabu, 08 Maret 2017

Perekonomian Indonesia dalam Era Globalisasi

A.    Indonesia menghadapi Globalisasi
Globalisasi adalah sebuah istilah yang memiliki hubungan dengan peningkatan
keterkaitan dan ketergantungan antarbangsa dan antarmanusia di seluruh dunia melalui perdagangan,investasi,perjalanan,budaya populer,dan bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi bias. Dalam banyak hal,globalisasi mempunyai banyak karkateristik yang sama dengan internasionalisasi,dan istilah ini seiring dipertukarkan. Sebagian pihak sering menggunakan istilah globalisasi yang dikaitkan dengan berkurangnya peran negara atau batas-batas negara.
Kata “ globalisasi” diambil dari kata global,yang maknanya ialah universal. Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan,kecuali sekedar definisi kerja (working definitation),sehingga tergantung dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang memandang sebagai suatu proses sosial,atau proses sejarah,atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama lain,mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis,ekonomi da budaya masyarakat.
            Mitos yang hidup selama ini tentang globalisasi adalah bahwa proses globalisasi akan membuat dunia seragam. Proses globalisasi akan menghapus identitas dan jati diri. Kebudayaan lokal atau etnis akan ditelan oleh kekuatan budaya besar atau kekuatan budaya global. Anggapan atau jalan pikiran di atas tersebut tidak sepenuhnya benar. Kemajuan teknolohi komunikasi memang telah membuat batas-batas dan jarak menjadi hilang dan tak berguna. Jhon Naisbutt ( 1988 ) dalam bukunya yang berjudul Global Paradox ini memperlihatkan hal yang justru bersifat paradox dari fenomena globalisasi. Naisbitt ( 1988 ) mengemukakan pokok-pokok pikiran lain yang paradox,yaitu semakin kita menjadi universal,tindakan kita semakin kesukuan,dan berfikir lokal,bertindak global. Hal ini dimaksudkan kita harus mengkonsentrasikan kepada hal-hal yang bersifat etnis,yang hanya dimiliki oleh kelompok atau masyarakat itu sendiri sebagai modal pengembangan ke dunia internasional.
            Di sisi lain,ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung oleh negara-negara adikuasa,sehingga bisa saja orang memiliki oandangan negatif atau curiga terhadapnya. Dari sudut pandang ini,globalisasi tidak lain adalah kapitalisme dalam bentuknya yang paling mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya praktis akan mengendalikan ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin tidak berdaya karena tidak mampu bersaing. Sebab,globalisasi cenderung berpengaruh besar terhadap perekonomian dunia,bahkan berpengaruh terhadap bidang-bidang lain seperti budaya dan agama.
            Berikut ini adalah ciri-ciri yang menandakan semakin berkembangnnya fenomena globalisasi di dunia. Hilir mudiknya kapal-kapal pengangkut barang antar negara menunjukan keterkaitan antarmanusia di seluruh dunia.
a.       Perubahan dalam konsep ruang dan waktu. Perkembangan barang-barang seperti telepon genggam,televisi satelit,dan internet menunjukan bahwa komunikasi global terjadi demikian cepatnya,sementara melalui pergerakan massa semacam turisme memungkinkan kita merasakan banyak hal dari budaya yang berbeda.
b.      Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi saling bergantung sebagai akibat dari pertumbeuhan perdagangan internasional,peningkatan pengaruh perusahaan multinasional,dan dominasi organisasi semacam World Trade Organization ( WTO ).
c.       Peningkatan interaksi kultural melalui perkembangan media masa ( terutama televisi,film,musik,dan transmisi berita dan olah raga internasional ). Saat ini,kita dapat mengonsumsi dan mengalami gagasan dan pengalaman baru mengenao hal-hal yang melintasi beraneka ragam budaya. Misalnya dalam bidang fashion,literatur dan makanan.
d.      Meningkatnya masalah bersama,misalnya pada bidang lingkungan hidup,kirsis multinasional inflansi regional dan lain-lain.

Kennedy dan Choen menyimpulkan bahwa transformais ini telah membawa kita pada globalisme,sebuah kesadaran dan pemahaman baru bahwa dunia adalah satu. Giddens menegaskan bahwa kebanyakan dari kitan dalam sa sadar bahwa sebenarnya diri kita turut ambil bagian dalam sebuah dunia yang harus berubah tanpa terkendali yang di tandai dengan selera dan rasa ketertarikan akan hal sama,perubahan dan keridakpastian,serta kenyataan yang mungkin terjadi. Selain dengan itu, Petter Drucker menyebutkan globalisasi sebagai zaman transformasi sosial. Setiap beberapa ratus tahun dalam sejarah manusia,transformasi hebat terjadi. Dalam beberapa dekade saja,masyarakat telah berubah kembali baik dalam pandangan mengenai dunia,nilai-nilai dasar,struktur politik dan sosial,maupun seni. Lima puluh tahun kemudai muncullah sebuah dunia baru.
      Pendukung globalisasi ( sering juga disebut dengan pro-globalisasi ) menganggap bahwa globalisasi dapat meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran ekonomi masyarakat dunia. Mereka berpijak pada teori keunggulan komparatif yang dicetyuskan olehDavid Ricardo. Teori ini menyatakan bahwa suatu negara dengan negara lain seling bergantungan dan dapatsaling menguntungkan satu sama lainnya,dan salah satu bentuknya adalah ketergantungan dalam bidang ekonomi. Kedua negara dapat melakukan transaksi pertukaran sesuai dengan keunggulan komparatif yang di milikinya. Misalnya,jepang memiliki keunggulan komparatif pada produk kamera digital ( mampu mencetak lebih efisien dan bemutu tinggi ) sementara Indonesia memiliki keunggulan pada kainnya. Dengan teori ini,jepang di anjurkan untuk menghentikan produksi digital,lalu menutup kekurangan penawaran kain dengan membelinya dair Indonesia,begitu juga sebaliknya.
      Salah satu penghambat utama terjadinya kerjasama diatas adalah adanya larangan-larangan dan keijakan proteksi dari pemerinta suatu negara. Si satu sisi,kebijakan ini dapat melindungi produksi dalam negri,namun di sisi lain,hal ini akan meningkatkan biaya produksi dalam negri,namun di sisi lain,hal ini akan meningkatkan biaya produksi barang impor sehingga sulit menembus pasar ngeara yang di tuju. Para pro-globalisai tidak setujua akan diadakannya kebijakan perdagangan bebas sehingga harga barang-barang dapat ditekan,akbiatnya permintaan akan meningkat. Karena permintaan akan meningkat,kemakmuran akan meningkat dan begitu seharusnya.
      Beberapa faktor pro-globalisme juga mengkritik Bank dunia dan IMF,mereka berpendapat bahwa kedua badan tersebut hanya mengontrol dan mengalirkan dana kepada suatu negara,bukan kepada suatu koperasi atau perusahaan, sebagai hasilnya,banyak pinjaman yang mereka berikan jatuh tangan kepada para diktator yang kemudian menyelewengkan dan tidak mengunakan dana tersebut sebagai mana mestinya,meninggalkan rakyatnya dalam lilitan hutang negara,dan sebagai akibatnya tingkat kemakmuran akan menurun. Karena tingakat kemakmuran menurun,akibatnya masyarakat negara itu terpaksa mengurangi tingkat konsumsinya; termasuk konsumsi barang impor,sehingga laju globalisasi akan terhambat dan menurut mereka mengurangi tingkat kesejahteraan penduduk dunia.
      Antiglobalisasi adalah suatu istilah yang umum digunakan untuk memaparkan sikap politis orang-orang dan kelompok yang menentang perjanjian degan global dan lembaga-lembaga yang mengatur perdagangan natar negara seoerti organisasi perdagangan dunia ( WTO ). “ Antiglobalisasi” dianggap oleh sebagian orang sebagai gerakan sosial,sementara yang lainnya menganggap sebagai istilah umum yang mencakup sejumlah gerakan sosial yang berbeda-beda. Apapun juga maksudnya,para peserta dipersatukan dalam perlawanan terhadap ekonomi dan sistem perdagangan global saat ini,yang menurut mereka mengikis lingkungan hidup,hak-hak buruh,kedaulatan nasional,dunia ketiga dan banyak lagi penyebab-penyebab lainya, namun,orang-orang yang dicap “antiglobalisasi” sering menolak istilah itu,dan mereka lebih suka menyebut diri mereka sebagai Gerakan Keadilan Global,Gerakan dari semua gerakan atau sejumlah istilah lainya.
B.     Globalisasi Ekonomi dan Perekonomian Indonesia
Perekonomian dunia mengalami perubahan sejak dasarwarsa tujuh puluh hingga tahun 2000 an yang bersifat mendasar atau struktural serta mempunyai kecenderungan jangka panjang dan konjungtural. Perubahan dan perkembangan ini dikenal orang dengan istilah globalisasi.
            Gejala globalisasi terjadi pada kegiatan finansial,produksi,investasi perdagangan yang kelak berpengaruh pada hubungan antar bangsa dan hubungan antar individu dalam segala aspek kehidupan. Hubungan antar bangsa menjadi lebih saling tergantung yang bahkan menjadikan ekonomi dunia menjadi satu sehingga seolah-olah batas antar negara dalam kegiatan perdagangan,bisnis tidak ada lagi.( boarderless world).
Pada umumnya negara di dunia menghadapi perkembangan tersebut dengan melakukan langkah penyesuaian baik dalam wilayah regional maupun masing individu negara yang kecenderungannya mengarah kepada proteklionisme. Hal tersebut terlihat jelas dengan munculnya blok blok perdagangan yang pada intinya justru melanggar kesepakatan yang di tuangkan dalam WTO.
            Globalisasi ekonomi ditandai dengan makin menipisnya batas-batas investasi atau pasar secara nasional,regional ataupun internasional. Hal ini disebabkan oleh :
1.      Komunikasi dan transportasi yang semakin canggih,
2.      Lalu lintas devisa yang makin bebas,
3.      Ekonomi negara yang makin terbuka,
4.      Penggunaan secara keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif tiap-tiap negara,
5.      Metode produksi dan perakitan dengan organisasi yang makin efisien,
6.      Semakin pesatnya perkembangan perusahaan multinasional (MNC) di hampir segala penjuru dunia.
Steiner ( 1997 ) menjelaskan bahwa ada tiga faktor yang mendorong terjadinya perubahan global. Pertama,produk nasional kotor (GNP) tumbuh dan meningkat dengan cepat,terutama di negara-negara maju. Kedua,revolusi dalam tekonologi komunikasi. Ketiga,kekuatan-kekuatan yang mempermudah munculnya perusahaan besar berskala global.
1.      Kebijakan Perdagangan Era Globalisasi Ekonomi
                  Kebijakan perdagangan dalam periode memasuki era lepas landas diarahkan pada penciptaan dan pemantapan kerangka landas perdagangan yaitu dengan meningkatkan efisiensi perdagangan dalam negri dan perdagangan luar negri dengan tujuan untuk memperlancar arus barang dan jasa,mendorong pembentukan harga yang layak dalam iklim persaingan yang sehat,menunjang usaha peningkatan efisiensi produksi,mengembangkan ekspor,memperluas kesemoatan berusaha dan lapangan kerja,meningkatkan dan memeratakan pendapatan rakyat serta memantapkan stabilitas ekonomi.
            Kerangka landasan yang ingin dicapai tersebut meliputi unsur-unsur sebagai berikut :
a.       Penciptaan sturktur ekspor non migas yang kuat dan tangguh dengan cara melakukan diversifikasi produk maupun pasar serta pelakunya,
b.      Pencitaan sistem distribusi nasional yang efektif dan efisien dalam rangka meningkatkan data saing produk ekspor,mempertahankan tingkat harga yang stabil dalam negri,
c.       Peningkatan daya saing usaha pelaku dalam kegiatan ekonomi perdaganagn baik dalam negri maupun ekspor dengan memupuk kebersamaan yang kokoh dalam menghadapi pasar dunia yang makin ketat,
d.      Transparansi pasar dan pengelolaan kegiatan perdagangan dengan membangun sistem jaringan perdagangan,
e.       Meningkatkan peran lembaga penunjang perdagangan seperti badan pelaksana bursa komditi,pasar lelang,BPEN,dan lain-lain.
2.      Peluang dan Tantangan bagi Dunia bisnis
           Terbukanya pasar dunia akibat globalisasi ekonomi membuka peluang bisnis antara lain :
a.       Tersebarnya pasar yang lebih luas skalanya dan terdiversifikasinya barang manufaktur dan produk yang mempunyai nilai tambah tinggi ( value added products).
b.      Terjadi relokasi industri menufaktur dari negara industri maju ke negara-negara sedang berkembang dengan upah buruh yang lebih murah. Sebagai konsekuensi logis dari relokasi industri tersebut,siklus proses bahan baku menjadi produk akhir menjadi lebih pendek. Hal ini akan menurunkan harga per unit serta meningkatkan volume perdagangan.
c.       Tersedianya sumber pendanan yang dapat diperoleh dengan biaya yang lebih murah (bunga) karena makin beragamnya portofolio pendanaan terutama bagi negara yang sedang tumbuh perekonomiannya.
Selain memberikan peluang yang terbuka lebar bagi dunia bisnis,globalisasi ekonomi juga memberikan dampak negatif bagi dunia bisnis,antara lain :
a.       Terjadinya tranfer pricing untuk memarkir dana maupun keuntungan di negara yang menganut tax shelter (memberikan perlindungan terhadap persembunyian kewajiban membayar pajak).
b.      Relokasi industri karena footlose industry membawa pula teknologi kadaluarsa ke negara sedang berkembang (host country),hal ini terjadi di negara asalnya (home country) teknologi yang dipakai industri tersebut ketinggalan jaman.
c.       Masuknya FDI ( Foreign direct investment) dengan tekonlogi canggih,seringkali tidak di imbangi dengan tersedianya sumberdaya manusia yang siap mengoperasikannya sehingga membuat ketergantungan pada negara asla investasi tersebut.
d.      Masuknya FDI juga seringkali menimbulkan trade off politic yang merugikan masyarakat dan pelaku bisnis di dalam negri.
3.      Peran Negara Bangsa dalam Era Globalisasi
         Robert giplin,salah satu tokoh realis menyatakan,peran negara bangsa (nation state) dalam era globalisasi sekarang ini masih sangat diperlukan (signifikan). Giplin pada awalnya menggugat beberapa keyaninan yang dianut pendukung globalisasi dan pasar bebas. Menurut gilpin banyak peneliti mempunyai keyakinan bahwa tengah terjadi pergeseran besar dari ekonomi state dominated ke arah ekonomi market dominated.Hancurnya Uni soviet,kegagalan strategi subtitusi impor negara dunia ketiga,dan suksesnya AS pada era 1990an telah mendorong penerimaan unrestricted market sebagai solusi bagi penyakit ekonomi modern. Karena peran negara menjadi berkurang sebagai gantinya pasar akan menjadi mekanisme penting baik untuk perekonomian domestik maupun perekonomian internasional. Menurutnya peran negara bangsa diyakini akan menjadi pembuka kearah ekonomi global yang sesungguhnya,yang dicirikan oleh tiadanya hambatan dalam perdagangan,aliran uang dakam skala global dan kegiatan internasional perusahaan multinasional.
            Namun fakta regionalisme ekonomi berbagai belahan dunia membuktikan bahwa peran negara bangsa masih relevan. Regionalisme ini menunjukan respon penting dari negara bangsa dalam menyelesaikan secara bersama-sama masalah politik dan interdependensi yang tinggi dari ekonomi global yang hypercompetitive. Di banding regionalisme pada tahun 1950an dan 1960an,bentuk regionalisme ekonomi ini mewakili signifikan dalam ekonomi global. Kadangkala regionalisme ekonomi ini mewakili kepentingan individual negara bangsa baik untuk kepentingan mereka di level nasional maupun kolektif.
            Karena ekonomi global semakin terintegrasi,pengelompokan regional negara bangsa telah meningkatkan kerjasama dalam rangka memperkokoh otonomi,memperbaiki posisi tawar dan memperjuangkan kepentingan individual negara bangsa baik untuk kepentingan mereka di level nasional maupun kolektif.
            Karena ekonomi global semakin terintegrasi,pengelompokan regional negara bangsa telah meningkatkan kerjasama dalam rangka memperkokoh otonomi,memperbaiki posisi tawar,dan memperjuangkan kepentingan ekonomi politik lainnya. Dimasa sekarang ini peran negara bangsa justru dibutuhkan demi berlakunya perdagangan bebas seperti harapan neolibera. Hambatan-hambatan perdagangan tidak mungkin dihilangkan tanpa adanya dukungan kebijakan yang pada gilirannya makin menunjukan peran negara bangsa makin diperlukan dalam perekonomian global.
4.      Dampak Globalisasi Ekonomi Terhadap Indonesia
Sejak tahun 1993,OECD sudah memberi sinyal Indonesia akan dirugikan dengan berlakunya liberalisasi perdagangan internasional. Akan tetapi Soeharto sebagai pengusaha Orde Baru yakin sekali dengan prakarsa perdagangan bebas. Akhirnya yang terjadi adalah ramalan OECD tersebut terbukti,yakni indonesia justru menghadapi persaingan baru dari negara-negara maju yang mampu menghasilkan produk dengan kualitas baik dan harga bersaing. Sedang produk Indonesia sulit masuk ke pasar negara maju karena dihambat dengan pencabutan fasilitas kemudahan ekspor yang bernamaGeneralized system of perfernce. GPS ini merupakan fasilitas yang diberikan oleh Departemen Perdagangan AS kepada sejumlah negara untuk mengurangi dan menghilangkan pajak impor bagi negara yang dianggap berdagang secara “sehat” dengan AS.
            Sejak peristiwa WTC 11 September 2001, AS khususnya melakukan proteksi yang dikemas dengan istilah undang-undang bio-terrorism,iso-labeling,eco-labeling ditambang embargo ekonomi dan sangsi ekonomi. Peristiwa Santa Cruz di Timor Timur (waktu itu) membuat Indonesia diembargo dalam padagan alat militer dan juga perdagangan ekspor Indonesia ke AS. Tekanan paling keras dilakukan AS terhadap negara industri baru di Asia Timur termasuk Indonesia. Hal ini dilakukan oleh AS guna menyeimbangkan neraca perdagangan As yang merosot pada beberapa tahun terakhir ini. Hal ini tentu berdampak pada perekonomian nasional karena masuknya produk asing,embargo dan proteksi negara tujuan ekspor khususnya AS menjadikan daya saing produk domestik lemah dan munculnya efek domino karena tutupnya sejumlah industri,yaitu PHK dan pengangguran.
            Perluasan ekspor Indonesia terasa makin berat sejak dicabutnya GPS tahun 2005,belum lagi halangan masuk (entry barrier) yang sengaja diciptakan oleh negara maju. Sehingga ekspor tekstil Indonesia tidak memiliki kuota untuk masuk pasar AS. Didalam negri gempuran produk China terus menerut terjadi,sehingga beberapa industri domestik rontk dan merumahkan karyawannya.
            Globalisasi bukan hanya menggermpur pelaku ekonomi di negara sedang berkembang. Globalisasi mampu mengendalikan demokrasi bahkan bertindak lebih jauh dengan mendikte apa yang harus dilakukan pemenang pemilu yang diselenggarakan secara demokratis sekalipun. Rakyat memang menentukansiapa yang menang dalam pemilihan umum. Namun siapa yang akan duduk di kabinet bisa ditentukan oleh konstituen pasar yang beradai di sentra finansial global.
            Hal diatas bisa terlihat jelas waktu presiden Soerharto kembali menduduki kursi kepresidenan tahun 1996,presiden AS Bill Cliton mengutus Walter Mondale datang ke Indonesia membujuk Soerharto agar sepenuhnya melakukan liberalisasi ekonomi sesuai resep dari IMF. Mondale menunjukan jika Soeharto mengisi kabinetnya dengan menteri yang anti globalisasi makan pasar akan merespon negatif.
Di pasar global Indonesai tidak menghadapi persaingan biasa yang hanya menggantuknan diri pada mekanisme pasar,tetapi Indonesia mengahadapi kekuatan yang terpola. Kekuatan ini bisa membentuk TNCs,MNCs,pemerintahan negara kaya,lembaga dunia seperti IMF,World Bank dan WTO. Indonesia saat ini berada dalam jebakan “Perang modern” yang dimulai dari krisis moneter 1997/1998. (Deliarnov 2006).
5.      Peran World Bank dalam Perekonomian Indonesia
Tiga pulu tahun (1967-1998) dukungan yang telah diberikan oleh Bank Dunia mencapai lebih dari US$ 25M. Porsi terbersar dari pembiayaan tersebut disedot oleh pembanguan infrastruktur yakni sebesar 40%. Sektor pertanian mencapai porsi 19%,sektor pembangunan perkotaan,air bersih dan sanitasi mencapai 10%.
Pada dekade 1980-an,bank dunia mengawali program bantuan untuk merestrukturisai sektor keuangan,selain upaya pemerintahan melakukan deregulasi sektor perbankan pada tahun 1983. Sedangkan selama kurun waktu 1990-1998 perhatian bank dunia tersedot pada maslaha lingkungan hidup. Prasyarat lingkungan hidup dijadikan prasyarat dalam memberikan pinjaman pada Indonesia. Misalnya pinjaman pada sektor pertanian dikaitkan dengan penghutanan kembali (reforestration) yang memang sangat penting untuk dilakukan. Bahkan munculnya UU Lingkungan Hidup dan terbentuknya Bapedal juga tidak lepas dari dukunga Bank dunia.
Perkembangan perekonomian Indonesia sejak Pelaita 1 sampai dengan Pelita VI sangat mengagumkan sehingga Indonesia dianggap sebagai salah satu “Asian Miracel”. Stabilitas ekonomi terjaga memungkinkan investor melakukan ekspansi. Bank dunia terus menindak lanjuti pembiayaan bagi sektor keuangan (tahun fiskal 1993) yang bertujuan untuk memacu liberalis sektor keuangan. Namu upaya ini gagal karena tidak mencapai hasil yang di harapkan dan membuahkan hasil krisis moneter pada tahun 1997
        Periode 2000-2003 program bank dunia terfokus pada penurunan tingkat kemiskinan dengan pendekatan sentralisasi. Tiga tujuan utamanya adalah : 1). Melanjutkan pemulihan ekonomi; 2). Menciptakan pemerintahan yang bertanggung jawab dan trasnparan serta; 3). Menyediakan pelayanan umum yang lebih baik terutama bagi kelompok miskin.
Pada tahun 2003 pemerintah Indonesia memutuskan untuk tidak melanjutkan kerjasama dengan IMF serta menyusun paket Kebijaksanaan Ekonomi Pasca Program IMF yang dikenal dengan “White paper” untuk membuktikan upaya serius melanjutkan reformasi ekonomi mandiri kendali monitoring pada tangan pemerintah Indonesia. Persoalan ini terkendala dengan masih kuatnya KKN sehingga bank dunia menjadikan isu transparansi dan akuntabilitas menjadi elemen dalam setiap proyeknya.
C.    Peran IMF dalam Stabilitas Perekonomian Indonesia
            Pada tahun 1967 Indonesia kembali kerjasama dengan IMF dengan kuota SDR 2 Milyar. Sebelumnya juga pernah memberikan pinjaman pada Orde Lama sejumlah US$ 102 Juta. Selama tiga dasawarsa dukungan IMF berupa penyediaan fasilitas Stand by Credit ( jangka menengah) agar cadangan devisa di BI cukup guna menjaga nilai rupiah. Peran IMF menjadi sangat penting pada saat krisi moneter,yaitu pada saat terjadi kesepakatan antara IMF dengan Indonesia,yaitu berupa Letter of Intent  (LOI).
            Dengan adanya jaminan IMF serta komitmen pemerintah untuk melakukan reformasi di berbagai bidang seperti dituangkan dalam LOI,maka skema penjadwalan kembali hutang luar negri yang jatuh tempo dapat dilakukan melalui skema Paris Club (Hutang pemerintah)maupun London Club (hutang pemerintah/BI kepada swasta). Sejumlah US$ 15 Miliar pinjaman pokok tekag dijadwalkan kembali pembayarannya melalui Paris Club (US$ 4,2 miliar),Paris Club II ( US$ 5,4 miliar ) dam Paris Club III (US$ 5,4 Miliar ). Dengan penjadwalan ini maka tekanan dan beban APBN berkurang.
            Secara Umun progran yang disarankan IMF untuk mengembalikan stabilitas makro-ekonomi dan kepercayaan pasar dapat dibagi menjadi tiga hal,yaitu :
a.       Terwujudnya kerangka makro ekonomi yang kuat
b.      Strategi komprehensif untuk melakukan restrukturisasi sektor keuangan
c.       Kebijakan struktural secara umum (termasuk goog governance)
Kebijakan makro ekonomi secara umum mulai menunjukan hasil yang menggembirakan. Hal ini ditunjukan dengan membauknya nilai tukar rupiah pada oktober 1998 dan tingkat bunga perbankan mulai menurun. Namun di satu sisi perekonomian mengalami pertumbuhan minus 13%  dan infalnsi yang cukup tinggi.
Pada bulan Januari 2000 IMF kembali menyetujui US$ 5 miliar extended found arranagement (EEF) untuk tiga tahun kedepan dalam rangka mendukung program reformasi ekonomi dan struktrual.programnya adalah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi,menurunkan inflasi,mengurangi hutang-hutang publik,mengembangkan pasar modal,reformasi perpajakan,mengurangi subsidi secara bertahap,desentralisasi fiskal,melanjutkan restukturisasi perbankan dan korporasi,privatissasi dan reformasi diberbagai sektor,serta peningkatan kapasitas kelembagaan dan good governance.
            Kemajuan yang cukup strategis dalam penanganan masalah fundamental yang terjadi sejak krisis 1997,mulai berhasil diatasi. Namun sayangnya kemajuan yang berarti tersebut tidak memivu kemajuan di sektor riil. Untuk menggerakan sektor riil dan memperluas kessempatan kerja diperluakan investasi baru, ketergantungan indonesia terhadap IMF memang cukup besar namun hal tersebut dilakukan dalam rangka memulihkan dan menggerakan perekonomian indonesia. Namun sejalan dengan amanat MPR untuk segera mengakhiri program IMF,pemerintah telah mengeluarkan serangkaian paket kebijakan menjelang dan sesudah berakhirnya program kerja sama dengan IMF yang ditetapkan dengan inpres No.5 tahun 2003.
            Dalam rangka mengakhiri kerjasama dengan IMF maka pemerintah telah menyiapkan program pemulihan ekonomi yang pelaksanaannya dilakukan sendiri oleh pemerintah serta memonitor hasilnya. Peran IMF tetap ada dan dituangkan dalam Post Program Monitoring (PPM) yang merupakan proses konsultasu sebagai terjadi pada negara yang baru saja mengakhiri program dengan IMF.
            Setelah tidak lagi kerjasama dengan IMF dan dalam rnagka melanjutkan reformasi untuk mendayagunakan kemampuan sumber daya ekonomi dalam negri dan meningkatkan daya tahan ekonomi secara berkelanjutan. Pemerintah Indonesia mengeluarkanpaket kebijakan pada tahun 2003 dan 2004 yang berisi tiga pokok,yaitu :
1.      Memelihara dan memantapkan stabilitas ekonomi makro
2.      Melanjutkan restrukturisasi dan reformasi sektor keuangan
3.      Meningkatkan investasi,ekspor dan penciptaam kesempatan kerja.
D.    Indonesia dan Perekonomian Global
           Thomas R. Rumbaugh, Division Chief IMF untuk kawasan Asia Pasifik,mengatakan performa ekonomi RI selama kuartal 1/2009 dengan catatan laju PBD sebesar 4,4% ,menjadi salah satu pertanda kuatnya perekonomian Indonesia dalam situasi krisis. Beliau mengungkapkan bahwa,dengan melihat itu,revisi ke atas proyeksi laju ekonomi indonesia,sekarang laju PBD dapat tumbuh pada kisaran 3%-4% tahun ini. Dalam laporan World Economic OutLook yang dirilis dana moneter Internasional itu pada April,pertumbuhan ekonomi Indonesia 2009 diproyeksikan 2,5%,terendah dibandingkan dengan proyeksi lembahapenelitian dan multilateral lain. Adapun pemerintah Indonesia mematok proyeksi PBD tahun ini pada kisaran 4%-4,5%. Menurut Rumbaugh,proyeksi baru IMF dibuat dalam kisaran karena masih ada ketidak pastian dalam situasi perekonomian dunia.
            Meski begitu,dana moneter yang berbasis di Washington DC itu memperkirakan tekanan inflasi 2009 di indonesia akan terus moderat ke angka sekitar 5%. Di tengah krisis ekonomi dunia,pemerintah dan bank sentral dinilai telah cukup berhasil dalam melakukan langkah antisipasi dibandingkan dengan negara-negara lain. Dari sisi kebijakan moneter dan nilai tukar,IMF menilai pemangkasan BI Rate 250 basis poin sejak Desember 2008 sebagai langkah yang tepat. Akan tetapi,dari sisi fiskal dia mengingatkan pentingnya pemerintah menggenjot penyerapan belanja langsung stimulus fiskal pada periode semester II/2009. Pasalnya,kinerja ekonomi kuartal I yang cukup baik lebih didukung oleh faktor stimulus pemotongan pajak yang telah terserap dan juga pemilu legislatif.
            Syahrial Loetan,sekretaris Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Sestama Bappenas,menilai revisi proyeksi laju PBD Indonesia oleh IMF menajdi lebih baik merupakan pertanda lembaga itu menyadari kesalahan proyeksi sebelumnya. Penguatan arus dan masuk ke pasar modal ikut mengerek nilai tukar rupiah hingga menembus lebel Rp. 9.000 atau menguat 21,5% dari posisi tertinggi pada november 2008 yang mencapai Rp.12.650 per dolar AS. Penggerakan rupiah untuk pertama kalinya sejak perdagangan Oktober 2008 terapretasi melampaui Rp. 10.000 setelah IHSG menguat 8hari berturut-turut ke level 2.078,93, atau mencetak rekor kenaikan simultan terpanjang sejak periodebullish 2007. Indek secara kumulatif mengumpulkan 187,96 poin atau naik 9,94 dalam 6 hari terakhir,kenaikan itu lebih tinggi dari rally simultan terpanjang 29 Juni-10 Juli pada 2 tahun lalu sebesar 143,1 poin (6,7%).
6.      Ekonomi Indonesia dan Demokrasi
        Indonesia saat ini,tulis Boediono,masih berada pada zona resiko tinggi untuk kehidupan demokrasi. Hal ini terlihat dari segi pendapatan per kapitanya yang masih kurang mendukung terselenggaranya demokrasi secara baik. Dengan pendapatan per kapita sekitar US$ 3.987 ( Interational Monetary Fund,2008) GFP Purshasing Power Vanuatu dan Fuji,Indonesia masih berada di zona rawan dalam demokratis. Kenapa ? menurut penelitian,batas kritis bagi kelangsungan demokrasi di dunia adalah apabila pendapatan per kapita sebuah negara mencapai US$ 6.600. dari sebuah penelitian studi ekonomi dan demokrasi,tercatat bahwapada kurun 1950-1990,rezim demokrasi di Negara-negara dengan penghasilann per kapita US$ 1.500 (di hitung berdasarkan PPP tahun 2001) hanya mempunyai harapan hidup 8 tahun. Pada tingkat penghasilan per kapita US$ 1.500-US$ 3.000,rezim demikrasi dapat bertahan rata-rata 18 tahun dan pada tingkat pendapatan perkapita du atas US$ 6.000 daya hidup system demokrasi di sebuah negara jauh lebih besar dan probabilitas kegagalannyahanya 1:500.
a.      Posisi Indonesia
         Dengan pendapatan per kapita Indonesia yang diperkirakan sekitar US$ 4.000,dimana batas krisis bagi demokrasi sekitar US$ 6.600,maka indonesia belum mencapai 2/3 jalan menuju batasan bagi demokrasi. Oleh karena itu,menurut Boediono,pada tahap awal kehidupan demokrasi,indonesia sebaiknya memberikan prioritas tertinggi bagi upaya memacu pertumbuhan ekonomi dan sejau mungkin mengindari krisis. Hal ini akan sangat mengurangi resiko kegagalan demokrasi. Hal terbaik yang harus dilakukan kata Boediono,adalah secepatnya membangun perekonomian agar income per kapita bangsa indonesia mencapai batas aman bagi pemerintah demokrasi,yaitu US$ 6.600.
      Menurut Boediono,pertumbuhan ekonomi akan membantu tumbuhnya kelompok pembaharus dengan catatan: pertama,pertumbuhan itu menyentuh dan broad-based ; dan kedua prosesnya mengandalkan kegiatan berdasarkan hasil kerja,inisiatif dan kekuatan sumber daya manusia-bukan dengan penjualan kekayaan alam,utang luar negri,dan “rezeki nomplok” lainnya.
b.      Indonesia Cepat Lalui Krisis.
        Menurut Institute for Management Development (IMD),lembaga think thank dan pendidikan yang berpusat di Swiss,Indonesia seperti negara-negara lain di Asia Tenggara,memiliki daya tahan yang cukup baik. Indonesia juga dianggap memiliki kemampuan untuk pulih dengan cepat karena telah mengalami krisis keuangan cukup parah pada tahun 1997-1998 sehingga lebih baik dalam mengantisipasi krisis saat ini. IMD mengatakan bahwa,negara-negara seperti itu seringkali mampu untuk beradaptasi dan pulih pada masa sulit. Penjelasan lain adalah karena mereka telah mengalami krisi keuangan cukup parah dan krisis properti satu decade lalu dan jadi lebih waspada dalam kebijakannya.
      Stress test versi IMD merupakan analisis untuk mengukur sejauh mana Negara dapat melalui krisis dan memperbaiki daya saing pada masa depan. Analisis dengan cakupan survey 57 negara itu mengambil indikator proyeksi ekonomi,pemerintah,bisnis dan masyarakat sebagai basis penilaiannya. Dari empat faktor yang dinilai dalam stress test,daya tahan indonesia untuk indikator pemerintah berada di peringkat-26. Adapun indikator lain seperti proyeksi ekonomi,bisnis dan masyarakat masing-masing masuk ke posisi 33,36 dan 33.
      Mentri koordinator bidang perekonomia Sri Mulyani Indrawati optimis peringkat stress test indonesia akan lebih baik pada tahun kedepan karena survey IMD dilakukan terhadap indicator ekonomi sepanjang 2008,ketika negri ini masih diliputi dampak krisi cukup parah. Kenyataannya,katanya,kinerja perekonomian pada kuartal 1/2009 dan proyeksi ekonomi RI sepanjang tahun ini lebih baik dibandingkan dengan negara-negara lain.
Perekonomian indonesia pada kuartal II/2009 di proyeksi sedikit melambat dibandingkan dengan kuartal sebelumnya,kendati secara tahunan diyakini masih akan tumbuh 4%. Direktur perencanaan Makro Kemeneg PPN/Kepala Bappenas Bambang Prijambodo secara pribadi meyakini pertumbuhan ekonomi pada kuartal II/2009 masih akan positif meski tidak sebesar realisasi kuartal 1/2009 lebih rendah di kisaran 4,4%. Konsumsi masyarakat masih akan,menjadi pedorong utama dari pertumbuhan ekonomi kuartal II/2009 yang masih terjaga dengan adanya laksana pemilihan umum. Ekonomi indeks Ikhsan Modjo,masih mengatakan pertumbuhan ekonomi kuartal II/2009 kemungkinan akan turun sedikit karea ekspor dan infestasi masih lemah.
c.       Rasio Utang RI Turun 31%
       Pada tahun 1999 rasio utang Indonesia 100% karena saat itu pemerintah harus mengeluarkan surat utang baru sekitar Rp.600 triliun untuk menyelamatkan perbankan nasional. Setelah itu rasio terus menurun. Menkeu mengatakan bawa,semua pemerintahan,mulai dari presiden Habibi,Gusdur,Megawati,hingga sejarang memiliki kebijakan yang sama,menurunkan rasio utang-utang.
Tahun 2003,rasio utang Indonesia terhadap PBD 61% memasuki 2008 menjadi 33% terhadap PBD,dan tahun ini pemerintah berniat menurunkan kembali menjadi 32%. Total utang pemerintah indonesia saat ini hingga 29 mei 2009 mencapai 1.700 triliun,yakni pinjaman luar negri Rp.732 triliun dan surat berharga negara(SBN) Rp.968 triliun,yaitu pinjaman luar negri Rp. 730 triliun dan SBN Rp.960 triliun.
      Dengan demikian,sosok kerajaan bisnis yang dibangun di atas fondasi semu dan tumpukan utang. Menjadi tidak berdaya menghadapi krisis ekonomi. Sampai titik inipun,pemerintah nampaknya belum juga bangkit kesadarannya,bahwa menyelamatkan sektor modern dengan cara “habis-habisan” (all out dan at all cost) seperti yang terus dilakukan selama ini mengandung konsekuensi yang teramat riskan. Pemerintah masih terobsesi dan selalu disugesti seakan-akan hanya dengan sektor modern itulah bangsa berdaulat ini dapat kembali bangkit dari keterpurukannya.
      Diluar semua itu,sesungguhnya terdapat kekuatan yang luar biasa yang justru telah menyelamatkan negri ini dari kebangkrutannya,yaitu ekonomi rakyat. Di atas kertas,perekonomian bangsa ini seharusnya sudah “gulung tikar” sejak angka-angka statistik ekonomi pada periode krisis (1997-1999) menunjukan kecenderungan yang terus memburuk. Nyatanya,kondisi sekarat itu hanya terjadi pada sektor-sektor yang mampu tercatat dan terfleksikan dalam angka-angka statistik itu. Di luar angka-angka itu,yang tidak mampu dicatat oleh sistem statistik yang ada,sesungguhnya masih menyimpan potensi,kekuatan dan daya tahan yang sangat besar. Bila bangsa ini cukup cerdas untuk menterjemahkan hikmah krisis ekonomi,secara tidak langsung (belssing in disguise) seharusnya peristiwa menyakitkan ini justru dapat menjadi pelajaran yang dipetik hikmahnya. Kesimpulannya,pengabaian (ignoring) eksistensi ekonomi rakyat dan sektor tradisional sudah tiba saatnya untuk segera dihentikan.
7.      Dampak Perekonomian Indonesia Pasca Krisis Ekonomi Global
            Tangal 5 September 2008 menjadi catatan kelam sejarah perekonomian Amerika Serikat,kebangkrutan Leman Brothers yang merupakan salah satu saham investasi atau bank keuangan senior dan terbesar ke 4 di Amerika Serikat menjadi awal dari drama krisis keuangan di negara yang mengagung-agungkan sistem kapitalis tanpa batas. Siapa yang menyangka suatu negara yang merupakan tembok kapitalis dunia akan runtuh. Celakanya apa yang terjadi di AS dengan cepat menyebar dan menjalar ke seluruh dunia. Hanya beberapa saat setelah informasi runtuhnya pusat keuangan dunia di Amerika,tansaksi bursa saham diberbagai belahan dunia seperti Hongkong,china,australia,singapura,KoreaSelatan,dan negara lainya mengalamu penurunan drastis,bahkan Bursa Saham Indonesia (BEI) harus disuspend selama beberapa hari,pemerintah Indonesia pun kelihatan panik dakam menyiakapi permasalahan ini,peristiwa ini menandai fase awal dirasakanya dampak krisis ekonomi global yang pada  mulanya terjadi di Amerika Serikat di rasakan oleh negara Indonesia juga.
            Dilihat dari faktor penyebabnya,krisi ekonomi global pada saat ini berbeda dengan krisis ekonomi yang melanda Indonesia lebih kurang satu dasawarsa lalumyang mana pada saat itu krisis ekonomi yang melanda Indonesia lebih disebabkan oleh ketidak mampuan Indonesia menyediakan alat pembayaran luar negri,dan tidak kokohnya struktur perekonomian Indonesia,tetapi krisis keuangan global pada tahun 2008 ini berasal dari faktor-faktor yang terjadi di luar negri. Tetapi kalau kita tidak hati-hati dan waspada dalam menyikapi permasalahan ini,tidak mustahil dampak krisis keuangan global pada tahun 2008 ini akan sama atau bahkan lebih buruk jika dibandingkan dengan dampak krisis ekonomi yang tejadi pada tahun 1998.
Perlambangan pertumbuhan ekonomi dunia,selain menyebabkan volume perdagangan global pada tahun 2009 merosot tajam,juga akan berdampak pada banyaknya industri besar yang terancam bangkrut,terjadinya penurunan kapasitas produksi,dan terjadinya lonjakan jumlah pengangguran dunia. Bagi negara-negara berkembang dan merging amarkets,situasai ini dapat merusak fundamental perekonomian,dan memicu terjadinya krisis ekonomi.
            Kekhawatiran datas dampak negatif pelemahan ekonomi global terhadap perekonomian di negara-negara emerging markets dan fenomena flight to quality dari investor global di tengah krisis keuangan dunia dewasa ini,telah memberikan tekakan pada mata uang seluruh dunia,termasuk Indonesia dan mengeringakan likuiditas doalar AS dipasar domestik banyak negara. Hal ini menyebabkan pasar valas di negara-negara maju maupun berkembang cenderung bergejolak ditengah ketidak pastian yang meningkat.
            Sebagai negara dengan perekonomian terbuka,meskipun Indonesia telah membangun momenum pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi,tidak akan telepas dari dampak negatif pelemahan ekonomi dunia tersebut. Krisis keuangan global yang mulai berpengaruh secara signifikan dalam triwulan III 2008,dan second round effectnya akan mulai dirasakan meningkat infetasinya pada tahun 2009,diperkirakan akan berdampak negatif pada kinerja ekonomi makro Indonesia dalam tahun 2009 baik di sisi neraca pembayaran dan neraca sektor riil,maupun sektor moneter dan sektor finansial (APBN).
            Dampak negatif yang paling cepat dirasakan sebagai akibat dari krisis perekonomian global adalah pada sektor keuangan melalui aspek sentimen psikologis maupun akibat merosotnya likuiditas global. Penuruanan indeks harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) mencapai sekitar 50,0%,dan depersiasi nilai tukar rupiah disertai dengan volatilitas yang meningkat. Kecenderungan volatilitas nilai tukar rupiah tersebut masih akan berlanjut hingga tahun 2009 dengan masih berlangsungnya upaya penurunan utang (deleveranging) dari lembaga keuangan global.
a.      Dampak Krisis Ekonomi Global terhadap Perekonomian Indonesia
        Asumsi inflasi dalam APBN 2008 yang ditetapkan sebesar 6,5% menurut Adiningsih (Ekonom dari Universitas Gajah Mada ) dalah harian Suara karya (16/4/08), dapat melebihi 10% akibat tekanan berat dari kondisi perekonomian global yang berada diluar kendali pemerintah. Adiningsih mengemukakan bahwa seharusnya pemerintah menysun APBN secara konservatif,karena apabila APBN dirubah terus,tentu akan menimbulkan keridakpercayaan masyarakat. Dia juga mengungkapkan bahwa dunia usaha juga tergantung pada pengelolaan dan realisasi APBN. Apabila APBN tidak konsisten,maka dapat dipastikan dunia usaha akan sulit tumbuh,sehingga sulit diharapkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Mengenai besaran asumsi inflasi dalam APBNP,menurutnya tidak masuk akal,karena pada akhir tahun 2008 terdapat beberapa hari raya yang sudah memicu inflasi lebih tinggi. Disamping itu harga minyak mentah yang masih akan melambung dan harga pangan dunia yang meroket. Hal ini akan mempengaruhi harga komoditas di dalam negri. Tidak semua komoditas dapat dikendalikan oleh pemerintah. Tambahan lagi,banyak barang import termasuk yang illegal masuk ke pasar indonesia. Hingga akhir tahun ini diperkirakan gejolak pasar Keuangan dunia belum akan reda. Seandainya amerika serikat meningkatkan suku bunga kredit,akan berdampak terhadap indonesia dan dikhawatirkan inflasi akan melebihi satu digit.
      Dalam menghadapi situasi perekonomian global yang tidak pasti,Raden Pardede (salah satu calon gubernur BI yang di tolak DPR) mengemukakan pendapatnya bahwa pemerintah harus membatasi besaran anggaran untuk subsidi. Menurutnya dengan asumsi harga minyak mentah sebesar US$ 95per barel,total subsidi mencapai sekitar 33triliun. Jika harga minyak tenryata lebih dari US$ 100 per barel,diperkirakan lebih dari 30% anggaran belanja habis untuk subsidi,bagai mana dengan sektor lainnya,katanya.

Berkaitan dengan kekurangan dana dalam APBN pasti dicarikan melalui pembiayaan yang salah satunya adalah dengan penertiban Surat Utang Negara (SUN) disesuaikan dengan melihat kemampuan pasar untuk menyerapnya. Tetapi jika subsidi tidak dibatasi,investor akan khawatir mengenai kemampuan negara dalam melakukan pembayaran. Hal ini dapat menimbulkan ketidak pastian dan rendahnya daya serap SUN. Pendapat dari kedua pengamat ekonomi tersebut perlu diperhatikan sebagai informasi untuk mewaspadai bahwa kondisi perekonomian dunia yang saat ini sedang bergolak penuh ketidak pastian akan berdampak terhadap tingkat inflasi,alokasi anggaran untuk subsidi dan daya serap SUN untuk pembiayaan deficit APBN. Namun demikian,apabila dalam perjalanannya asumsi-asumsi dalam APBNP 2008 meleset jauh dari kenyataan,pengamat ekonomi tidak seharusnya semata-mata menyalahkan pemerintah,karena APBNP 2008 tersebut merupakan hasil pembahasan dan kesepakatan antara pemerintah dengan DPR. Tambahan lagi,jika asumsi dalamAPBNP tidak sesuai lagi dengan perkembangan kondisi perekonomian,mau  tidak mau APBN 2008 harus direvisi kembali. Krisis keuangan yang terjadi di AS sudah terlihat tanda-tandanya beberapa waktu lalu. Tetapi baru dianggap serius oleh pemerintah Indonesia sejak tanggal 8 oktober 2008 saat IHSG di BI turun tajam sampai 10,38% dan mengharuskan pemerintah menghentikan kegiatan dipasar bursa modal beberapa hari. Sebenaranya banyak akibat yang di rasakan oleh Indonesia dengan adanya krisis keuangan di AS,baik akibat positif seperti turunnya harga minyak dunia yang menembus $61 per barel dan akibat negative seperti turunnya nilai rupiah,berkurangnya nilai export,turunya investasi atau terjadi flyingout,namun demikian akibat negatif lebih banyak dirasakan bagi perekonomian Indonesia terutama bagi sektor riil yang mempunyai pangsa ekspor,pemerintah harus sungguh-sungguh menangani masalah ini karena pada akhirnya apabila tidak ditangani dengan benar akan mengakibatkan distabilitas negara atau sering orang bilang akan terjadi Krisis seri kedua.

sumber : http://rodlial.blogspot.co.id/2014/02/makalah-perekonomian-indonesia-dalam.html