A. Indonesia
menghadapi Globalisasi
Globalisasi adalah sebuah istilah yang
memiliki hubungan dengan peningkatan
keterkaitan dan ketergantungan antarbangsa dan
antarmanusia di seluruh dunia melalui perdagangan,investasi,perjalanan,budaya
populer,dan bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu negara
menjadi bias. Dalam banyak hal,globalisasi mempunyai banyak karkateristik yang
sama dengan internasionalisasi,dan istilah ini seiring dipertukarkan. Sebagian
pihak sering menggunakan istilah globalisasi yang dikaitkan dengan berkurangnya
peran negara atau batas-batas negara.
Kata “ globalisasi” diambil dari kata global,yang
maknanya ialah universal. Globalisasi belum memiliki definisi yang
mapan,kecuali sekedar definisi kerja (working definitation),sehingga tergantung
dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang memandang sebagai suatu proses
sosial,atau proses sejarah,atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa
dan negara di dunia makin terikat satu sama lain,mewujudkan satu tatanan
kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas
geografis,ekonomi da budaya masyarakat.
Mitos yang hidup selama ini tentang globalisasi adalah bahwa proses globalisasi
akan membuat dunia seragam. Proses globalisasi akan menghapus identitas dan
jati diri. Kebudayaan lokal atau etnis akan ditelan oleh kekuatan budaya besar
atau kekuatan budaya global. Anggapan atau jalan pikiran di atas tersebut tidak
sepenuhnya benar. Kemajuan teknolohi komunikasi memang telah membuat
batas-batas dan jarak menjadi hilang dan tak berguna. Jhon Naisbutt (
1988 ) dalam bukunya yang berjudul Global Paradox ini
memperlihatkan hal yang justru bersifat paradox dari fenomena globalisasi.
Naisbitt ( 1988 ) mengemukakan pokok-pokok pikiran lain yang paradox,yaitu
semakin kita menjadi universal,tindakan kita semakin kesukuan,dan berfikir
lokal,bertindak global. Hal ini dimaksudkan kita harus mengkonsentrasikan
kepada hal-hal yang bersifat etnis,yang hanya dimiliki oleh kelompok atau
masyarakat itu sendiri sebagai modal pengembangan ke dunia internasional.
Di sisi lain,ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung
oleh negara-negara adikuasa,sehingga bisa saja orang memiliki oandangan negatif
atau curiga terhadapnya. Dari sudut pandang ini,globalisasi tidak lain adalah
kapitalisme dalam bentuknya yang paling mutakhir. Negara-negara yang kuat dan
kaya praktis akan mengendalikan ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin
tidak berdaya karena tidak mampu bersaing. Sebab,globalisasi cenderung
berpengaruh besar terhadap perekonomian dunia,bahkan berpengaruh terhadap
bidang-bidang lain seperti budaya dan agama.
Berikut ini adalah ciri-ciri yang menandakan semakin berkembangnnya fenomena
globalisasi di dunia. Hilir mudiknya kapal-kapal pengangkut barang antar negara
menunjukan keterkaitan antarmanusia di seluruh dunia.
a. Perubahan
dalam konsep ruang dan waktu. Perkembangan barang-barang seperti telepon
genggam,televisi satelit,dan internet menunjukan bahwa komunikasi global
terjadi demikian cepatnya,sementara melalui pergerakan massa semacam turisme
memungkinkan kita merasakan banyak hal dari budaya yang berbeda.
b. Pasar
dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi saling bergantung
sebagai akibat dari pertumbeuhan perdagangan internasional,peningkatan pengaruh
perusahaan multinasional,dan dominasi organisasi semacam World Trade
Organization ( WTO ).
c. Peningkatan
interaksi kultural melalui perkembangan media masa ( terutama
televisi,film,musik,dan transmisi berita dan olah raga internasional ). Saat
ini,kita dapat mengonsumsi dan mengalami gagasan dan pengalaman baru mengenao
hal-hal yang melintasi beraneka ragam budaya. Misalnya dalam bidang
fashion,literatur dan makanan.
d. Meningkatnya
masalah bersama,misalnya pada bidang lingkungan hidup,kirsis multinasional
inflansi regional dan lain-lain.
Kennedy dan Choen menyimpulkan bahwa transformais ini
telah membawa kita pada globalisme,sebuah kesadaran dan pemahaman baru bahwa
dunia adalah satu. Giddens menegaskan bahwa kebanyakan dari kitan dalam sa
sadar bahwa sebenarnya diri kita turut ambil bagian dalam sebuah dunia yang
harus berubah tanpa terkendali yang di tandai dengan selera dan rasa
ketertarikan akan hal sama,perubahan dan keridakpastian,serta kenyataan yang
mungkin terjadi. Selain dengan itu, Petter Drucker menyebutkan globalisasi
sebagai zaman transformasi sosial. Setiap beberapa ratus tahun dalam sejarah
manusia,transformasi hebat terjadi. Dalam beberapa dekade saja,masyarakat telah
berubah kembali baik dalam pandangan mengenai dunia,nilai-nilai dasar,struktur
politik dan sosial,maupun seni. Lima puluh tahun kemudai muncullah sebuah dunia
baru.
Pendukung globalisasi (
sering juga disebut dengan pro-globalisasi ) menganggap bahwa globalisasi dapat
meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran ekonomi masyarakat dunia. Mereka
berpijak pada teori keunggulan komparatif yang dicetyuskan olehDavid
Ricardo. Teori ini menyatakan bahwa suatu negara dengan negara lain
seling bergantungan dan dapatsaling menguntungkan satu sama lainnya,dan salah
satu bentuknya adalah ketergantungan dalam bidang ekonomi. Kedua
negara dapat melakukan transaksi pertukaran sesuai dengan keunggulan komparatif
yang di milikinya. Misalnya,jepang memiliki keunggulan komparatif pada produk
kamera digital ( mampu mencetak lebih efisien dan bemutu tinggi ) sementara
Indonesia memiliki keunggulan pada kainnya. Dengan teori ini,jepang di anjurkan
untuk menghentikan produksi digital,lalu menutup kekurangan penawaran kain
dengan membelinya dair Indonesia,begitu juga sebaliknya.
Salah satu penghambat
utama terjadinya kerjasama diatas adalah adanya larangan-larangan dan keijakan
proteksi dari pemerinta suatu negara. Si satu sisi,kebijakan ini dapat
melindungi produksi dalam negri,namun di sisi lain,hal ini akan meningkatkan
biaya produksi dalam negri,namun di sisi lain,hal ini akan meningkatkan biaya
produksi barang impor sehingga sulit menembus pasar ngeara yang di tuju. Para
pro-globalisai tidak setujua akan diadakannya kebijakan perdagangan bebas
sehingga harga barang-barang dapat ditekan,akbiatnya permintaan akan meningkat.
Karena permintaan akan meningkat,kemakmuran akan meningkat dan begitu
seharusnya.
Beberapa faktor
pro-globalisme juga mengkritik Bank dunia dan IMF,mereka berpendapat bahwa
kedua badan tersebut hanya mengontrol dan mengalirkan dana kepada suatu
negara,bukan kepada suatu koperasi atau perusahaan, sebagai hasilnya,banyak
pinjaman yang mereka berikan jatuh tangan kepada para diktator yang kemudian
menyelewengkan dan tidak mengunakan dana tersebut sebagai mana
mestinya,meninggalkan rakyatnya dalam lilitan hutang negara,dan sebagai
akibatnya tingkat kemakmuran akan menurun. Karena tingakat kemakmuran
menurun,akibatnya masyarakat negara itu terpaksa mengurangi tingkat
konsumsinya; termasuk konsumsi barang impor,sehingga laju globalisasi akan
terhambat dan menurut mereka mengurangi tingkat kesejahteraan penduduk dunia.
Antiglobalisasi adalah
suatu istilah yang umum digunakan untuk memaparkan sikap politis orang-orang
dan kelompok yang menentang perjanjian degan global dan lembaga-lembaga yang
mengatur perdagangan natar negara seoerti organisasi perdagangan dunia ( WTO ).
“ Antiglobalisasi” dianggap oleh sebagian orang sebagai gerakan
sosial,sementara yang lainnya menganggap sebagai istilah umum yang mencakup
sejumlah gerakan sosial yang berbeda-beda. Apapun juga maksudnya,para peserta
dipersatukan dalam perlawanan terhadap ekonomi dan sistem perdagangan global
saat ini,yang menurut mereka mengikis lingkungan hidup,hak-hak buruh,kedaulatan
nasional,dunia ketiga dan banyak lagi penyebab-penyebab lainya,
namun,orang-orang yang dicap “antiglobalisasi” sering menolak istilah itu,dan
mereka lebih suka menyebut diri mereka sebagai Gerakan Keadilan Global,Gerakan
dari semua gerakan atau sejumlah istilah lainya.
B. Globalisasi
Ekonomi dan Perekonomian Indonesia
Perekonomian dunia mengalami perubahan sejak dasarwarsa
tujuh puluh hingga tahun 2000 an yang bersifat mendasar atau struktural serta
mempunyai kecenderungan jangka panjang dan konjungtural. Perubahan dan
perkembangan ini dikenal orang dengan istilah globalisasi.
Gejala globalisasi terjadi pada kegiatan finansial,produksi,investasi
perdagangan yang kelak berpengaruh pada hubungan antar bangsa dan hubungan
antar individu dalam segala aspek kehidupan. Hubungan antar bangsa menjadi
lebih saling tergantung yang bahkan menjadikan ekonomi dunia menjadi satu sehingga
seolah-olah batas antar negara dalam kegiatan perdagangan,bisnis tidak ada
lagi.( boarderless world).
Pada umumnya negara di dunia menghadapi perkembangan
tersebut dengan melakukan langkah penyesuaian baik dalam wilayah regional
maupun masing individu negara yang kecenderungannya mengarah kepada
proteklionisme. Hal tersebut terlihat jelas dengan munculnya blok blok
perdagangan yang pada intinya justru melanggar kesepakatan yang di tuangkan
dalam WTO.
Globalisasi ekonomi ditandai dengan makin menipisnya batas-batas investasi atau
pasar secara nasional,regional ataupun internasional. Hal ini disebabkan oleh :
1. Komunikasi
dan transportasi yang semakin canggih,
2. Lalu
lintas devisa yang makin bebas,
3. Ekonomi
negara yang makin terbuka,
4. Penggunaan
secara keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif tiap-tiap negara,
5. Metode
produksi dan perakitan dengan organisasi yang makin efisien,
6. Semakin
pesatnya perkembangan perusahaan multinasional (MNC) di hampir segala penjuru
dunia.
Steiner ( 1997 ) menjelaskan bahwa ada tiga faktor yang
mendorong terjadinya perubahan global. Pertama,produk nasional kotor (GNP) tumbuh
dan meningkat dengan cepat,terutama di negara-negara maju. Kedua,revolusi dalam
tekonologi komunikasi. Ketiga,kekuatan-kekuatan yang mempermudah munculnya
perusahaan besar berskala global.
1. Kebijakan
Perdagangan Era Globalisasi Ekonomi
Kebijakan perdagangan dalam periode memasuki era lepas landas diarahkan pada
penciptaan dan pemantapan kerangka landas perdagangan yaitu dengan meningkatkan
efisiensi perdagangan dalam negri dan perdagangan luar negri dengan tujuan
untuk memperlancar arus barang dan jasa,mendorong pembentukan harga yang layak
dalam iklim persaingan yang sehat,menunjang usaha peningkatan efisiensi
produksi,mengembangkan ekspor,memperluas kesemoatan berusaha dan lapangan
kerja,meningkatkan dan memeratakan pendapatan rakyat serta memantapkan
stabilitas ekonomi.
Kerangka landasan yang ingin dicapai tersebut meliputi unsur-unsur sebagai
berikut :
a. Penciptaan
sturktur ekspor non migas yang kuat dan tangguh dengan cara melakukan
diversifikasi produk maupun pasar serta pelakunya,
b. Pencitaan
sistem distribusi nasional yang efektif dan efisien dalam rangka meningkatkan
data saing produk ekspor,mempertahankan tingkat harga yang stabil dalam negri,
c. Peningkatan
daya saing usaha pelaku dalam kegiatan ekonomi perdaganagn baik dalam negri
maupun ekspor dengan memupuk kebersamaan yang kokoh dalam menghadapi pasar
dunia yang makin ketat,
d. Transparansi
pasar dan pengelolaan kegiatan perdagangan dengan membangun sistem jaringan
perdagangan,
e. Meningkatkan
peran lembaga penunjang perdagangan seperti badan pelaksana bursa komditi,pasar
lelang,BPEN,dan lain-lain.
2. Peluang
dan Tantangan bagi Dunia bisnis
Terbukanya pasar dunia akibat globalisasi ekonomi membuka peluang bisnis antara
lain :
a. Tersebarnya
pasar yang lebih luas skalanya dan terdiversifikasinya barang manufaktur dan
produk yang mempunyai nilai tambah tinggi ( value added products).
b. Terjadi
relokasi industri menufaktur dari negara industri maju ke negara-negara sedang
berkembang dengan upah buruh yang lebih murah. Sebagai konsekuensi logis dari
relokasi industri tersebut,siklus proses bahan baku menjadi produk akhir menjadi
lebih pendek. Hal ini akan menurunkan harga per unit serta meningkatkan volume
perdagangan.
c. Tersedianya
sumber pendanan yang dapat diperoleh dengan biaya yang lebih murah (bunga)
karena makin beragamnya portofolio pendanaan terutama bagi negara yang sedang
tumbuh perekonomiannya.
Selain memberikan peluang yang terbuka lebar bagi dunia
bisnis,globalisasi ekonomi juga memberikan dampak negatif bagi dunia
bisnis,antara lain :
a. Terjadinya tranfer
pricing untuk memarkir dana maupun keuntungan di negara yang menganut tax
shelter (memberikan perlindungan terhadap persembunyian kewajiban
membayar pajak).
b. Relokasi
industri karena footlose industry membawa pula teknologi
kadaluarsa ke negara sedang berkembang (host country),hal ini terjadi di negara
asalnya (home country) teknologi yang dipakai industri tersebut ketinggalan
jaman.
c. Masuknya
FDI ( Foreign direct investment) dengan tekonlogi
canggih,seringkali tidak di imbangi dengan tersedianya sumberdaya manusia yang
siap mengoperasikannya sehingga membuat ketergantungan pada negara asla
investasi tersebut.
d. Masuknya
FDI juga seringkali menimbulkan trade off politic yang
merugikan masyarakat dan pelaku bisnis di dalam negri.
3. Peran
Negara Bangsa dalam Era Globalisasi
Robert
giplin,salah satu tokoh realis menyatakan,peran negara bangsa (nation state) dalam
era globalisasi sekarang ini masih sangat diperlukan (signifikan). Giplin pada
awalnya menggugat beberapa keyaninan yang dianut pendukung globalisasi dan
pasar bebas. Menurut gilpin banyak peneliti mempunyai keyakinan bahwa tengah
terjadi pergeseran besar dari ekonomi state dominated ke arah ekonomi market
dominated.Hancurnya Uni soviet,kegagalan strategi subtitusi impor negara
dunia ketiga,dan suksesnya AS pada era 1990an telah mendorong penerimaan
unrestricted market sebagai solusi bagi penyakit ekonomi modern. Karena peran
negara menjadi berkurang sebagai gantinya pasar akan menjadi mekanisme penting
baik untuk perekonomian domestik maupun perekonomian internasional. Menurutnya
peran negara bangsa diyakini akan menjadi pembuka kearah ekonomi global yang
sesungguhnya,yang dicirikan oleh tiadanya hambatan dalam perdagangan,aliran
uang dakam skala global dan kegiatan internasional perusahaan multinasional.
Namun fakta regionalisme ekonomi berbagai belahan dunia membuktikan bahwa peran
negara bangsa masih relevan. Regionalisme ini menunjukan respon penting dari
negara bangsa dalam menyelesaikan secara bersama-sama masalah politik dan
interdependensi yang tinggi dari ekonomi global yang hypercompetitive. Di
banding regionalisme pada tahun 1950an dan 1960an,bentuk regionalisme ekonomi
ini mewakili signifikan dalam ekonomi global. Kadangkala regionalisme ekonomi
ini mewakili kepentingan individual negara bangsa baik untuk kepentingan mereka
di level nasional maupun kolektif.
Karena ekonomi global semakin terintegrasi,pengelompokan regional negara bangsa
telah meningkatkan kerjasama dalam rangka memperkokoh otonomi,memperbaiki
posisi tawar dan memperjuangkan kepentingan individual negara bangsa baik untuk
kepentingan mereka di level nasional maupun kolektif.
Karena
ekonomi global semakin terintegrasi,pengelompokan regional negara bangsa telah
meningkatkan kerjasama dalam rangka memperkokoh otonomi,memperbaiki posisi
tawar,dan memperjuangkan kepentingan ekonomi politik lainnya. Dimasa sekarang
ini peran negara bangsa justru dibutuhkan demi berlakunya perdagangan bebas
seperti harapan neolibera. Hambatan-hambatan perdagangan tidak mungkin
dihilangkan tanpa adanya dukungan kebijakan yang pada gilirannya makin
menunjukan peran negara bangsa makin diperlukan dalam perekonomian global.
4. Dampak
Globalisasi Ekonomi Terhadap Indonesia
Sejak tahun 1993,OECD sudah memberi sinyal Indonesia akan
dirugikan dengan berlakunya liberalisasi perdagangan internasional. Akan tetapi Soeharto sebagai
pengusaha Orde Baru yakin sekali dengan prakarsa perdagangan bebas. Akhirnya
yang terjadi adalah ramalan OECD tersebut terbukti,yakni indonesia justru
menghadapi persaingan baru dari negara-negara maju yang mampu menghasilkan
produk dengan kualitas baik dan harga bersaing. Sedang produk Indonesia sulit
masuk ke pasar negara maju karena dihambat dengan pencabutan fasilitas
kemudahan ekspor yang bernamaGeneralized system of perfernce. GPS ini
merupakan fasilitas yang diberikan oleh Departemen Perdagangan AS kepada
sejumlah negara untuk mengurangi dan menghilangkan pajak impor bagi negara yang
dianggap berdagang secara “sehat” dengan AS.
Sejak peristiwa WTC 11 September 2001, AS khususnya melakukan proteksi yang
dikemas dengan istilah undang-undang bio-terrorism,iso-labeling,eco-labeling
ditambang embargo ekonomi dan sangsi ekonomi. Peristiwa Santa Cruz di Timor
Timur (waktu itu) membuat Indonesia diembargo dalam padagan alat militer dan
juga perdagangan ekspor Indonesia ke AS. Tekanan paling keras dilakukan AS
terhadap negara industri baru di Asia Timur termasuk Indonesia. Hal ini
dilakukan oleh AS guna menyeimbangkan neraca perdagangan As yang merosot pada
beberapa tahun terakhir ini. Hal ini tentu berdampak pada perekonomian nasional
karena masuknya produk asing,embargo dan proteksi negara tujuan ekspor
khususnya AS menjadikan daya saing produk domestik lemah dan munculnya efek
domino karena tutupnya sejumlah industri,yaitu PHK dan pengangguran.
Perluasan ekspor Indonesia terasa makin berat sejak dicabutnya GPS tahun
2005,belum lagi halangan masuk (entry barrier) yang sengaja
diciptakan oleh negara maju. Sehingga ekspor tekstil Indonesia tidak memiliki
kuota untuk masuk pasar AS. Didalam negri gempuran produk China terus menerut terjadi,sehingga
beberapa industri domestik rontk dan merumahkan karyawannya.
Globalisasi bukan hanya menggermpur pelaku ekonomi di negara sedang berkembang.
Globalisasi mampu mengendalikan demokrasi bahkan bertindak lebih jauh dengan
mendikte apa yang harus dilakukan pemenang pemilu yang diselenggarakan secara
demokratis sekalipun. Rakyat memang menentukansiapa yang menang dalam pemilihan
umum. Namun siapa yang akan duduk di kabinet bisa ditentukan oleh konstituen
pasar yang beradai di sentra finansial global.
Hal diatas bisa terlihat jelas waktu presiden Soerharto kembali menduduki kursi
kepresidenan tahun 1996,presiden AS Bill Cliton mengutus Walter Mondale datang
ke Indonesia membujuk Soerharto agar sepenuhnya melakukan liberalisasi ekonomi
sesuai resep dari IMF. Mondale menunjukan jika Soeharto mengisi kabinetnya
dengan menteri yang anti globalisasi makan pasar akan merespon negatif.
Di pasar global Indonesai tidak menghadapi persaingan
biasa yang hanya menggantuknan diri pada mekanisme pasar,tetapi Indonesia
mengahadapi kekuatan yang terpola. Kekuatan ini bisa membentuk
TNCs,MNCs,pemerintahan negara kaya,lembaga dunia seperti IMF,World Bank dan
WTO. Indonesia saat ini berada dalam jebakan “Perang modern” yang dimulai dari
krisis moneter 1997/1998. (Deliarnov 2006).
5. Peran
World Bank dalam Perekonomian Indonesia
Tiga pulu tahun (1967-1998) dukungan yang telah diberikan
oleh Bank Dunia mencapai lebih dari US$ 25M. Porsi terbersar dari pembiayaan
tersebut disedot oleh pembanguan infrastruktur yakni sebesar 40%. Sektor
pertanian mencapai porsi 19%,sektor pembangunan perkotaan,air bersih dan
sanitasi mencapai 10%.
Pada dekade 1980-an,bank dunia mengawali program bantuan
untuk merestrukturisai sektor keuangan,selain upaya pemerintahan melakukan
deregulasi sektor perbankan pada tahun 1983. Sedangkan selama kurun waktu
1990-1998 perhatian bank dunia tersedot pada maslaha lingkungan hidup.
Prasyarat lingkungan hidup dijadikan prasyarat dalam memberikan pinjaman pada
Indonesia. Misalnya pinjaman pada sektor pertanian dikaitkan dengan penghutanan
kembali (reforestration) yang memang sangat penting untuk
dilakukan. Bahkan munculnya UU Lingkungan Hidup dan terbentuknya Bapedal juga
tidak lepas dari dukunga Bank dunia.
Perkembangan perekonomian Indonesia sejak Pelaita 1
sampai dengan Pelita VI sangat mengagumkan sehingga Indonesia dianggap sebagai
salah satu “Asian Miracel”. Stabilitas ekonomi terjaga memungkinkan
investor melakukan ekspansi. Bank dunia terus menindak lanjuti pembiayaan bagi
sektor keuangan (tahun fiskal 1993) yang bertujuan untuk memacu liberalis
sektor keuangan. Namu upaya ini gagal karena tidak mencapai hasil yang di
harapkan dan membuahkan hasil krisis moneter pada tahun 1997
Periode
2000-2003 program bank dunia terfokus pada penurunan tingkat kemiskinan dengan
pendekatan sentralisasi. Tiga tujuan utamanya adalah : 1). Melanjutkan
pemulihan ekonomi; 2). Menciptakan pemerintahan yang bertanggung jawab dan
trasnparan serta; 3). Menyediakan pelayanan umum yang lebih baik terutama bagi
kelompok miskin.
Pada tahun 2003 pemerintah Indonesia
memutuskan untuk tidak melanjutkan kerjasama dengan IMF serta menyusun paket
Kebijaksanaan Ekonomi Pasca Program IMF yang dikenal dengan “White paper” untuk
membuktikan upaya serius melanjutkan reformasi ekonomi mandiri kendali
monitoring pada tangan pemerintah Indonesia. Persoalan ini terkendala dengan
masih kuatnya KKN sehingga bank dunia menjadikan isu transparansi dan
akuntabilitas menjadi elemen dalam setiap proyeknya.
C. Peran
IMF dalam Stabilitas Perekonomian Indonesia
Pada
tahun 1967 Indonesia kembali kerjasama dengan IMF dengan kuota SDR 2 Milyar.
Sebelumnya juga pernah memberikan pinjaman pada Orde Lama sejumlah US$ 102
Juta. Selama tiga dasawarsa dukungan IMF berupa penyediaan fasilitas Stand
by Credit ( jangka menengah) agar cadangan devisa di BI cukup guna
menjaga nilai rupiah. Peran IMF menjadi sangat penting pada saat krisi
moneter,yaitu pada saat terjadi kesepakatan antara IMF dengan Indonesia,yaitu
berupa Letter of Intent (LOI).
Dengan adanya jaminan IMF serta komitmen pemerintah untuk melakukan reformasi
di berbagai bidang seperti dituangkan dalam LOI,maka skema penjadwalan kembali
hutang luar negri yang jatuh tempo dapat dilakukan melalui skema Paris Club
(Hutang pemerintah)maupun London Club (hutang pemerintah/BI kepada swasta).
Sejumlah US$ 15 Miliar pinjaman pokok tekag dijadwalkan kembali pembayarannya
melalui Paris Club (US$ 4,2 miliar),Paris Club II ( US$ 5,4 miliar ) dam Paris
Club III (US$ 5,4 Miliar ). Dengan penjadwalan ini maka tekanan dan beban APBN
berkurang.
Secara Umun progran yang disarankan IMF untuk mengembalikan stabilitas
makro-ekonomi dan kepercayaan pasar dapat dibagi menjadi tiga hal,yaitu :
a. Terwujudnya
kerangka makro ekonomi yang kuat
b. Strategi
komprehensif untuk melakukan restrukturisasi sektor keuangan
c. Kebijakan
struktural secara umum (termasuk goog governance)
Kebijakan makro ekonomi secara umum mulai menunjukan
hasil yang menggembirakan. Hal ini ditunjukan dengan membauknya nilai tukar rupiah
pada oktober 1998 dan tingkat bunga perbankan mulai menurun. Namun di satu sisi
perekonomian mengalami pertumbuhan minus 13% dan infalnsi yang cukup
tinggi.
Pada bulan Januari 2000 IMF kembali menyetujui US$ 5
miliar extended found arranagement (EEF) untuk tiga tahun
kedepan dalam rangka mendukung program reformasi ekonomi dan
struktrual.programnya adalah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi,menurunkan
inflasi,mengurangi hutang-hutang publik,mengembangkan pasar modal,reformasi
perpajakan,mengurangi subsidi secara bertahap,desentralisasi fiskal,melanjutkan
restukturisasi perbankan dan korporasi,privatissasi dan reformasi diberbagai
sektor,serta peningkatan kapasitas kelembagaan dan good governance.
Kemajuan yang cukup strategis dalam penanganan masalah fundamental yang terjadi
sejak krisis 1997,mulai berhasil diatasi. Namun sayangnya kemajuan yang berarti
tersebut tidak memivu kemajuan di sektor riil. Untuk menggerakan sektor riil
dan memperluas kessempatan kerja diperluakan investasi baru, ketergantungan
indonesia terhadap IMF memang cukup besar namun hal tersebut dilakukan dalam
rangka memulihkan dan menggerakan perekonomian indonesia. Namun sejalan dengan
amanat MPR untuk segera mengakhiri program IMF,pemerintah telah mengeluarkan
serangkaian paket kebijakan menjelang dan sesudah berakhirnya program kerja
sama dengan IMF yang ditetapkan dengan inpres No.5 tahun 2003.
Dalam rangka mengakhiri kerjasama dengan IMF maka pemerintah telah menyiapkan
program pemulihan ekonomi yang pelaksanaannya dilakukan sendiri oleh pemerintah
serta memonitor hasilnya. Peran IMF tetap ada dan dituangkan dalam Post
Program Monitoring (PPM) yang merupakan proses konsultasu sebagai
terjadi pada negara yang baru saja mengakhiri program dengan IMF.
Setelah tidak lagi kerjasama dengan IMF dan dalam rnagka melanjutkan reformasi
untuk mendayagunakan kemampuan sumber daya ekonomi dalam negri dan meningkatkan
daya tahan ekonomi secara berkelanjutan. Pemerintah Indonesia mengeluarkanpaket
kebijakan pada tahun 2003 dan 2004 yang berisi tiga pokok,yaitu :
1. Memelihara
dan memantapkan stabilitas ekonomi makro
2. Melanjutkan
restrukturisasi dan reformasi sektor keuangan
3. Meningkatkan
investasi,ekspor dan penciptaam kesempatan kerja.
D. Indonesia
dan Perekonomian Global
Thomas
R. Rumbaugh, Division Chief IMF untuk kawasan Asia Pasifik,mengatakan performa
ekonomi RI selama kuartal 1/2009 dengan catatan laju PBD sebesar 4,4% ,menjadi
salah satu pertanda kuatnya perekonomian Indonesia dalam situasi krisis. Beliau
mengungkapkan bahwa,dengan melihat itu,revisi ke atas proyeksi laju ekonomi
indonesia,sekarang laju PBD dapat tumbuh pada kisaran 3%-4% tahun ini. Dalam
laporan World Economic OutLook yang dirilis dana moneter Internasional itu pada
April,pertumbuhan ekonomi Indonesia 2009 diproyeksikan 2,5%,terendah
dibandingkan dengan proyeksi lembahapenelitian dan multilateral lain. Adapun
pemerintah Indonesia mematok proyeksi PBD tahun ini pada kisaran 4%-4,5%.
Menurut Rumbaugh,proyeksi baru IMF dibuat dalam kisaran karena masih ada
ketidak pastian dalam situasi perekonomian dunia.
Meski begitu,dana moneter yang berbasis di Washington DC itu memperkirakan
tekanan inflasi 2009 di indonesia akan terus moderat ke angka sekitar 5%. Di
tengah krisis ekonomi dunia,pemerintah dan bank sentral dinilai telah cukup
berhasil dalam melakukan langkah antisipasi dibandingkan dengan negara-negara
lain. Dari sisi kebijakan moneter dan nilai tukar,IMF menilai pemangkasan BI
Rate 250 basis poin sejak Desember 2008 sebagai langkah yang tepat. Akan
tetapi,dari sisi fiskal dia mengingatkan pentingnya pemerintah menggenjot
penyerapan belanja langsung stimulus fiskal pada periode semester II/2009.
Pasalnya,kinerja ekonomi kuartal I yang cukup baik lebih didukung oleh faktor
stimulus pemotongan pajak yang telah terserap dan juga pemilu legislatif.
Syahrial Loetan,sekretaris Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Sestama
Bappenas,menilai revisi proyeksi laju PBD Indonesia oleh IMF menajdi lebih baik
merupakan pertanda lembaga itu menyadari kesalahan proyeksi sebelumnya.
Penguatan arus dan masuk ke pasar modal ikut mengerek nilai tukar rupiah hingga
menembus lebel Rp. 9.000 atau menguat 21,5% dari posisi tertinggi pada november
2008 yang mencapai Rp.12.650 per dolar AS. Penggerakan rupiah untuk pertama
kalinya sejak perdagangan Oktober 2008 terapretasi melampaui Rp. 10.000 setelah
IHSG menguat 8hari berturut-turut ke level 2.078,93, atau mencetak rekor
kenaikan simultan terpanjang sejak periodebullish 2007. Indek
secara kumulatif mengumpulkan 187,96 poin atau naik 9,94 dalam 6 hari
terakhir,kenaikan itu lebih tinggi dari rally simultan
terpanjang 29 Juni-10 Juli pada 2 tahun lalu sebesar 143,1 poin (6,7%).
6. Ekonomi
Indonesia dan Demokrasi
Indonesia
saat ini,tulis Boediono,masih berada pada zona resiko tinggi untuk kehidupan
demokrasi. Hal ini terlihat dari segi pendapatan per kapitanya yang masih
kurang mendukung terselenggaranya demokrasi secara baik. Dengan pendapatan per
kapita sekitar US$ 3.987 ( Interational Monetary Fund,2008) GFP Purshasing
Power Vanuatu dan Fuji,Indonesia masih berada di zona rawan dalam demokratis.
Kenapa ? menurut penelitian,batas kritis bagi kelangsungan demokrasi di dunia
adalah apabila pendapatan per kapita sebuah negara mencapai US$ 6.600. dari
sebuah penelitian studi ekonomi dan demokrasi,tercatat bahwapada kurun
1950-1990,rezim demokrasi di Negara-negara dengan penghasilann per kapita US$
1.500 (di hitung berdasarkan PPP tahun 2001) hanya mempunyai harapan hidup 8
tahun. Pada tingkat penghasilan per kapita US$ 1.500-US$ 3.000,rezim demikrasi
dapat bertahan rata-rata 18 tahun dan pada tingkat pendapatan perkapita du atas
US$ 6.000 daya hidup system demokrasi di sebuah negara jauh lebih besar dan probabilitas
kegagalannyahanya 1:500.
a. Posisi
Indonesia
Dengan
pendapatan per kapita Indonesia yang diperkirakan sekitar US$ 4.000,dimana
batas krisis bagi demokrasi sekitar US$ 6.600,maka indonesia belum mencapai 2/3
jalan menuju batasan bagi demokrasi. Oleh karena itu,menurut Boediono,pada
tahap awal kehidupan demokrasi,indonesia sebaiknya memberikan prioritas
tertinggi bagi upaya memacu pertumbuhan ekonomi dan sejau mungkin mengindari
krisis. Hal ini akan sangat mengurangi resiko kegagalan demokrasi. Hal terbaik
yang harus dilakukan kata Boediono,adalah secepatnya membangun perekonomian
agar income per kapita bangsa indonesia mencapai batas aman bagi pemerintah
demokrasi,yaitu US$ 6.600.
Menurut
Boediono,pertumbuhan ekonomi akan membantu tumbuhnya kelompok pembaharus dengan
catatan: pertama,pertumbuhan itu menyentuh dan broad-based ; dan kedua
prosesnya mengandalkan kegiatan berdasarkan hasil kerja,inisiatif dan kekuatan
sumber daya manusia-bukan dengan penjualan kekayaan alam,utang luar negri,dan
“rezeki nomplok” lainnya.
b. Indonesia
Cepat Lalui Krisis.
Menurut
Institute for Management Development (IMD),lembaga think thank dan
pendidikan yang berpusat di Swiss,Indonesia seperti negara-negara lain di Asia
Tenggara,memiliki daya tahan yang cukup baik. Indonesia juga dianggap memiliki
kemampuan untuk pulih dengan cepat karena telah mengalami krisis keuangan cukup
parah pada tahun 1997-1998 sehingga lebih baik dalam mengantisipasi krisis saat
ini. IMD mengatakan bahwa,negara-negara seperti itu seringkali mampu untuk
beradaptasi dan pulih pada masa sulit. Penjelasan lain adalah karena mereka
telah mengalami krisi keuangan cukup parah dan krisis properti satu decade lalu
dan jadi lebih waspada dalam kebijakannya.
Stress test versi
IMD merupakan analisis untuk mengukur sejauh mana Negara dapat melalui krisis
dan memperbaiki daya saing pada masa depan. Analisis dengan cakupan survey 57
negara itu mengambil indikator proyeksi ekonomi,pemerintah,bisnis dan
masyarakat sebagai basis penilaiannya. Dari empat faktor yang dinilai dalam
stress test,daya tahan indonesia untuk indikator pemerintah berada di
peringkat-26. Adapun indikator lain seperti proyeksi ekonomi,bisnis dan
masyarakat masing-masing masuk ke posisi 33,36 dan 33.
Mentri
koordinator bidang perekonomia Sri Mulyani Indrawati optimis peringkat stress
test indonesia akan lebih baik pada tahun kedepan karena survey IMD dilakukan
terhadap indicator ekonomi sepanjang 2008,ketika negri ini masih diliputi
dampak krisi cukup parah. Kenyataannya,katanya,kinerja perekonomian pada
kuartal 1/2009 dan proyeksi ekonomi RI sepanjang tahun ini lebih baik
dibandingkan dengan negara-negara lain.
Perekonomian indonesia pada kuartal II/2009 di proyeksi
sedikit melambat dibandingkan dengan kuartal sebelumnya,kendati secara tahunan
diyakini masih akan tumbuh 4%. Direktur perencanaan Makro Kemeneg PPN/Kepala
Bappenas Bambang Prijambodo secara pribadi meyakini pertumbuhan ekonomi pada
kuartal II/2009 masih akan positif meski tidak sebesar realisasi kuartal 1/2009
lebih rendah di kisaran 4,4%. Konsumsi masyarakat masih akan,menjadi pedorong
utama dari pertumbuhan ekonomi kuartal II/2009 yang masih terjaga dengan adanya
laksana pemilihan umum. Ekonomi indeks Ikhsan Modjo,masih mengatakan
pertumbuhan ekonomi kuartal II/2009 kemungkinan akan turun sedikit karea ekspor
dan infestasi masih lemah.
c. Rasio
Utang RI Turun 31%
Pada
tahun 1999 rasio utang Indonesia 100% karena saat itu pemerintah harus
mengeluarkan surat utang baru sekitar Rp.600 triliun untuk menyelamatkan
perbankan nasional. Setelah itu rasio terus menurun. Menkeu mengatakan
bawa,semua pemerintahan,mulai dari presiden Habibi,Gusdur,Megawati,hingga
sejarang memiliki kebijakan yang sama,menurunkan rasio utang-utang.
Tahun 2003,rasio utang Indonesia terhadap PBD 61%
memasuki 2008 menjadi 33% terhadap PBD,dan tahun ini pemerintah berniat
menurunkan kembali menjadi 32%. Total utang pemerintah indonesia saat ini
hingga 29 mei 2009 mencapai 1.700 triliun,yakni pinjaman luar negri Rp.732
triliun dan surat berharga negara(SBN) Rp.968 triliun,yaitu pinjaman luar negri
Rp. 730 triliun dan SBN Rp.960 triliun.
Dengan demikian,sosok kerajaan
bisnis yang dibangun di atas fondasi semu dan tumpukan utang. Menjadi tidak
berdaya menghadapi krisis ekonomi. Sampai titik inipun,pemerintah nampaknya
belum juga bangkit kesadarannya,bahwa menyelamatkan sektor modern dengan cara
“habis-habisan” (all out dan at all cost) seperti yang terus dilakukan selama
ini mengandung konsekuensi yang teramat riskan. Pemerintah masih terobsesi dan
selalu disugesti seakan-akan hanya dengan sektor modern itulah bangsa berdaulat
ini dapat kembali bangkit dari keterpurukannya.
Diluar semua
itu,sesungguhnya terdapat kekuatan yang luar biasa yang justru telah
menyelamatkan negri ini dari kebangkrutannya,yaitu ekonomi rakyat. Di atas
kertas,perekonomian bangsa ini seharusnya sudah “gulung tikar” sejak
angka-angka statistik ekonomi pada periode krisis (1997-1999) menunjukan
kecenderungan yang terus memburuk. Nyatanya,kondisi sekarat itu hanya terjadi
pada sektor-sektor yang mampu tercatat dan terfleksikan dalam angka-angka
statistik itu. Di luar angka-angka itu,yang tidak mampu dicatat oleh sistem
statistik yang ada,sesungguhnya masih menyimpan potensi,kekuatan dan daya tahan
yang sangat besar. Bila bangsa ini cukup cerdas untuk menterjemahkan hikmah
krisis ekonomi,secara tidak langsung (belssing in disguise) seharusnya
peristiwa menyakitkan ini justru dapat menjadi pelajaran yang dipetik
hikmahnya. Kesimpulannya,pengabaian (ignoring) eksistensi ekonomi rakyat dan
sektor tradisional sudah tiba saatnya untuk segera dihentikan.
7. Dampak
Perekonomian Indonesia Pasca Krisis Ekonomi Global
Tangal 5 September 2008 menjadi catatan kelam sejarah perekonomian Amerika
Serikat,kebangkrutan Leman Brothers yang merupakan salah satu saham investasi
atau bank keuangan senior dan terbesar ke 4 di Amerika Serikat menjadi awal
dari drama krisis keuangan di negara yang mengagung-agungkan sistem kapitalis
tanpa batas. Siapa yang menyangka suatu negara yang merupakan tembok kapitalis
dunia akan runtuh. Celakanya apa yang terjadi di AS dengan cepat menyebar dan
menjalar ke seluruh dunia. Hanya beberapa saat setelah informasi runtuhnya
pusat keuangan dunia di Amerika,tansaksi bursa saham diberbagai belahan dunia
seperti Hongkong,china,australia,singapura,KoreaSelatan,dan negara lainya
mengalamu penurunan drastis,bahkan Bursa Saham Indonesia (BEI) harus disuspend
selama beberapa hari,pemerintah Indonesia pun kelihatan panik dakam menyiakapi
permasalahan ini,peristiwa ini menandai fase awal dirasakanya dampak krisis
ekonomi global yang pada mulanya terjadi di Amerika Serikat di rasakan
oleh negara Indonesia juga.
Dilihat dari faktor penyebabnya,krisi ekonomi global pada saat ini berbeda
dengan krisis ekonomi yang melanda Indonesia lebih kurang satu dasawarsa
lalumyang mana pada saat itu krisis ekonomi yang melanda Indonesia lebih
disebabkan oleh ketidak mampuan Indonesia menyediakan alat pembayaran luar
negri,dan tidak kokohnya struktur perekonomian Indonesia,tetapi krisis keuangan
global pada tahun 2008 ini berasal dari faktor-faktor yang terjadi di luar
negri. Tetapi kalau kita tidak hati-hati dan waspada dalam menyikapi
permasalahan ini,tidak mustahil dampak krisis keuangan global pada tahun 2008
ini akan sama atau bahkan lebih buruk jika dibandingkan dengan dampak krisis
ekonomi yang tejadi pada tahun 1998.
Perlambangan pertumbuhan ekonomi dunia,selain menyebabkan
volume perdagangan global pada tahun 2009 merosot tajam,juga akan berdampak
pada banyaknya industri besar yang terancam bangkrut,terjadinya penurunan
kapasitas produksi,dan terjadinya lonjakan jumlah pengangguran dunia. Bagi
negara-negara berkembang dan merging amarkets,situasai ini dapat merusak
fundamental perekonomian,dan memicu terjadinya krisis ekonomi.
Kekhawatiran datas dampak negatif pelemahan ekonomi global terhadap
perekonomian di negara-negara emerging markets dan fenomena flight
to quality dari investor global di tengah krisis keuangan dunia dewasa
ini,telah memberikan tekakan pada mata uang seluruh dunia,termasuk Indonesia
dan mengeringakan likuiditas doalar AS dipasar domestik banyak negara. Hal ini
menyebabkan pasar valas di negara-negara maju maupun berkembang cenderung
bergejolak ditengah ketidak pastian yang meningkat.
Sebagai negara dengan perekonomian terbuka,meskipun Indonesia telah membangun
momenum pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi,tidak akan telepas dari dampak
negatif pelemahan ekonomi dunia tersebut. Krisis keuangan global yang mulai
berpengaruh secara signifikan dalam triwulan III 2008,dan second round
effectnya akan mulai dirasakan meningkat infetasinya pada tahun
2009,diperkirakan akan berdampak negatif pada kinerja ekonomi makro Indonesia
dalam tahun 2009 baik di sisi neraca pembayaran dan neraca sektor riil,maupun
sektor moneter dan sektor finansial (APBN).
Dampak negatif yang paling cepat dirasakan sebagai akibat dari krisis
perekonomian global adalah pada sektor keuangan melalui aspek sentimen
psikologis maupun akibat merosotnya likuiditas global. Penuruanan indeks harga
saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) mencapai sekitar 50,0%,dan depersiasi nilai
tukar rupiah disertai dengan volatilitas yang meningkat. Kecenderungan
volatilitas nilai tukar rupiah tersebut masih akan berlanjut hingga tahun 2009
dengan masih berlangsungnya upaya penurunan utang (deleveranging) dari lembaga
keuangan global.
a. Dampak Krisis Ekonomi Global terhadap
Perekonomian Indonesia
Asumsi inflasi dalam APBN 2008 yang ditetapkan sebesar 6,5% menurut Adiningsih
(Ekonom dari Universitas Gajah Mada ) dalah harian Suara karya (16/4/08), dapat
melebihi 10% akibat tekanan berat dari kondisi perekonomian global yang berada
diluar kendali pemerintah. Adiningsih mengemukakan bahwa seharusnya pemerintah
menysun APBN secara konservatif,karena apabila APBN dirubah terus,tentu akan
menimbulkan keridakpercayaan masyarakat. Dia juga mengungkapkan bahwa dunia
usaha juga tergantung pada pengelolaan dan realisasi APBN. Apabila APBN tidak
konsisten,maka dapat dipastikan dunia usaha akan sulit tumbuh,sehingga sulit
diharapkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Mengenai besaran asumsi inflasi
dalam APBNP,menurutnya tidak masuk akal,karena pada akhir tahun 2008 terdapat
beberapa hari raya yang sudah memicu inflasi lebih tinggi. Disamping itu harga
minyak mentah yang masih akan melambung dan harga pangan dunia yang meroket.
Hal ini akan mempengaruhi harga komoditas di dalam negri. Tidak semua komoditas
dapat dikendalikan oleh pemerintah. Tambahan lagi,banyak barang import termasuk
yang illegal masuk ke pasar indonesia. Hingga akhir tahun ini diperkirakan
gejolak pasar Keuangan dunia belum akan reda. Seandainya amerika serikat
meningkatkan suku bunga kredit,akan berdampak terhadap indonesia dan
dikhawatirkan inflasi akan melebihi satu digit.
Dalam menghadapi situasi perekonomian global yang tidak pasti,Raden Pardede
(salah satu calon gubernur BI yang di tolak DPR) mengemukakan pendapatnya bahwa
pemerintah harus membatasi besaran anggaran untuk subsidi. Menurutnya dengan
asumsi harga minyak mentah sebesar US$ 95per barel,total subsidi mencapai
sekitar 33triliun. Jika harga minyak tenryata lebih dari US$ 100 per
barel,diperkirakan lebih dari 30% anggaran belanja habis untuk subsidi,bagai
mana dengan sektor lainnya,katanya.
Berkaitan dengan kekurangan dana
dalam APBN pasti dicarikan melalui pembiayaan yang salah satunya adalah dengan
penertiban Surat Utang Negara (SUN) disesuaikan dengan melihat kemampuan pasar
untuk menyerapnya. Tetapi jika subsidi tidak dibatasi,investor akan khawatir
mengenai kemampuan negara dalam melakukan pembayaran. Hal ini dapat menimbulkan
ketidak pastian dan rendahnya daya serap SUN. Pendapat dari kedua pengamat
ekonomi tersebut perlu diperhatikan sebagai informasi untuk mewaspadai bahwa
kondisi perekonomian dunia yang saat ini sedang bergolak penuh ketidak pastian
akan berdampak terhadap tingkat inflasi,alokasi anggaran untuk subsidi dan daya
serap SUN untuk pembiayaan deficit APBN. Namun demikian,apabila dalam
perjalanannya asumsi-asumsi dalam APBNP 2008 meleset jauh dari
kenyataan,pengamat ekonomi tidak seharusnya semata-mata menyalahkan
pemerintah,karena APBNP 2008 tersebut merupakan hasil pembahasan dan
kesepakatan antara pemerintah dengan DPR. Tambahan lagi,jika asumsi dalamAPBNP
tidak sesuai lagi dengan perkembangan kondisi perekonomian,mau tidak mau
APBN 2008 harus direvisi kembali. Krisis keuangan yang terjadi di AS sudah
terlihat tanda-tandanya beberapa waktu lalu. Tetapi baru dianggap serius oleh
pemerintah Indonesia sejak tanggal 8 oktober 2008 saat IHSG di BI turun tajam
sampai 10,38% dan mengharuskan pemerintah menghentikan kegiatan dipasar bursa
modal beberapa hari. Sebenaranya banyak akibat yang di rasakan oleh Indonesia
dengan adanya krisis keuangan di AS,baik akibat positif seperti turunnya harga
minyak dunia yang menembus $61 per barel dan akibat negative seperti turunnya
nilai rupiah,berkurangnya nilai export,turunya investasi atau terjadi
flyingout,namun demikian akibat negatif lebih banyak dirasakan bagi
perekonomian Indonesia terutama bagi sektor riil yang mempunyai pangsa
ekspor,pemerintah harus sungguh-sungguh menangani masalah ini karena pada
akhirnya apabila tidak ditangani dengan benar akan mengakibatkan distabilitas
negara atau sering orang bilang akan terjadi Krisis seri kedua.
sumber : http://rodlial.blogspot.co.id/2014/02/makalah-perekonomian-indonesia-dalam.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar